Showing posts with label Catatan harian. Show all posts
Showing posts with label Catatan harian. Show all posts

Sunday, January 2, 2011

“Selamat malam Pak!!! Apa kabar? …”

Sering saya mengatakan kepada diriku sendiri, agar setiap hari dalam hidupku bisa memberikan secercah harapan, kegembiraan bagi yang lain. Itulah sebabnya setiap kali mengendara mobil melewati jalan tol saya mengingatkan diriku untuk menyapa dan tersenyum kepada Bapak atau Ibu petugas pembayaran maupun yang memberi kartu tol.

Malam tersebut, saya dalam perjalanan pulang ke Jakarta dari Kampoeng Kasih. Saat akan memasuki tol dalam kota di Cililitan, saya bertemu dengan seorang duta kegembiraan. Baru menurunkan jendela mobil, sebelum saya sempat menyapa, si Bapak penunggu gerbang tol sudah mendahului melakukannya. Sambil memberikan senyumannya yang bisa menularimu, si bapak menyapa, “Selamat malam Pak!!! Apa kabar?” Segera saya membalas sapaan si Bapak sambil menyerahkan sejumlah uang. Sambil menyiapkan uang kembaliannya, senyuman tidak pernah terlepas dari wajah si bapak. Saat memberikan uang kembalian, si bapak mengatakan, “Terima kasih pak. Hati-hati di jalan.”

Pada papan elektronik di depan tertulis “Supriadi”. Terima kasih Pak. Bapak sudah memberi warna tambahan kepada hariku. Dalam perjalanan pulang, saya mengatakan kepada diri sendiri untuk terus memberikan kepada yang lain seperti apa yang saya terima dari Bapak.

Kini setiap kali melewati pintu tol cibubur, saya langsung berusaha membaca papan elektronik. Sejauh ini saya belum lagi beruntung untuk melihat tulisan “Supriadi”. Namun saya memastikan akan membuat yang lain menjadi beruntung dan akhirnya saya akan menjadi beruntung dengan sendirinya.

Mengharapkan melihat senyuman adalah menunggu dalam ketidakpastian.
Tersenyum kepada yang lain dan kemudian menerima senyuman balasan adalah lebih memungkinkan.
Kalau senyumannya telah sedemikian terlatih, telah sedemikian dijiwai, senyuman balasan adalah hampir pasti.
Dan jika senyuman tinggal tenteram di dalam hati, apa masih perlu melihat senyuman???

Saya masih berharap bisa bertemu Supriadi.
Bukan, bukan berharap melihat senyumnya. Saya ingin berkesempatan berterimakasih dan mengatakan kepadanya, “Pelayanan Bapak sangat berarti!!!!”
Jika ada yang bertemu denganNya. Sampaikanlah salam hormat dan terimakasihku yang mendalam.

:..

Friday, September 10, 2010

Again, another journey

Satu lagi perjalanan, sebuah lagi pembelajaran yang berbeda.
Tgl 31 Agustus’10; Jetstar Jkt-Sin.. Mengunjungi Terminal 3 Changi. Sin-Bkk, tiba malam hari, pulang ke Fo Thang di Nonthaburi.
Tgl 1 September’10; Naik Taxi ke Jatujak (Durian 1), metro ke Hualamphong, taxi ke Wat Pho, kapal penyeberangan ke Wat Arun, Taxi air kembali ke N 30. bus malam ke Roeit.
Tgl 2 September’10; Pagi tiba di Kuang Cu Fo Thang-Roeit; Sore harinya mengikuti City tour, dengan salah satu tujuan wisata adalah Vihara tua. Inilah untuk pertama sekali saya melihat pohon Sala dan batu sima.
Tgl 3 September’10; Ching nien pan hari 1
Tgl 4 September’10; Ching nien pan hari 2, Makan malam (Durian 2)pulang ke Bangkok.
Tgl 5 September’10; Check-in di ‘NanaChart’. Again ‘tour de jatujak’. Makan suki di MK. Jalan malam keliling Sukhumvit.
Tgl 6 September’10; Sarapan pagi di NanaChart, taxi ke Hualamphong. Jalan ke Bobae market, mencoba Tuktuk. Board the train at 1400.
Tgl 7 September’10; KA mengalami keterlambatan parah, sehingga tidak ada lagi bus langsung ke Tanah Rata, bus ke dan bermalam di Tapah.
Tgl 8 September’10; Bus pagi ke Tanah Rata, Check in Cameronian Inn, Cameroon highland tour (Buddhist Temple, Rose Garden, Sungei palas ‘BOH’ tea garden, Strawberry farm, Butterfly farm, Bee Farm). Brinchang night market (Durian3). Bertemu dan membuat janji untuk Farm visit dengan Mr. Ho.
Tgl 9 September’10; Visit to Ho’s Organic Farm. Pulang ke KL Sentral, Skybus to LCCT, bermalam di LCCT.
Tgl 10 September’10; Air asia pagi pulang ke Jakarta.

6 dari 10 malam dapat tidur di atas ranjang, ehm, :) cukup beruntung.
3 kali Durian :) :) aHa.
Banyak, banyak sekali pengalaman baru :) :) :),
dan tujuan utama menghadiri Thai’s Youth class dan mengunjungi Ho’s organic farm tercapai :) :) :) :).
Veggie Way’s matter and KK families’ new found motivation are just a perfect compliment. KSTEST.

Tuesday, May 4, 2010

Ching mai, Gap’s House, Pun-pun.

ChiangMai, Senin 3 Mei 2010
http://www.punpunthailand.org/

Tujuan utama dari kunjungan saya ke ChiangMai adalah untuk belajar dari Punpun Project, yang saya kenal dari internet. Melalui email, saya minta untuk diizinkan bertamu, dan Peggy, mewakili Pun-pun minta maaf karena Ia dan suaminya, Jojandai, tidak akan ada di tempat selama tiga bulan. Namun Ia mempersilahkan saya untuk berkunjung karena akan ada yang lain yang akan bisa membantu.

Sehubungan dengan kegiatan yang sudah menunggu di Jakarta, saya hanya menjadwalkan tinggal 1 hari di sini. Pun-pun terletak 60 km di utara Chiangmai, ke arah Mae Taeng dan sudah berbatasan dengan Silanna National Park. Hanya ada 1 truk yang setiap pagi turun dari sana untuk kembali lagi siang harinya. Jadi jelas 1 hari tidak memungkinkan untuk mengunjungi Punpun Farm. Beruntung ada sebuah restoran vegetarian di Chiangmai, yang masih merupakan bagian integral dari Pun-pun, sehingga saya berencana cukup mengunjungi resto ini dan semoga cukup untuk menjawab segala keingin-tahuan saya.

Gap’s house
Special train no 13 (14 jam perjalanan) dari Bangkok tiba pada pukul 09.45 Senin pagi. Dengan Tuk-tuk saya minta diantar ke Gaps-House, sebuah budget guesthouse yang menyenangkan. Taman Gap’s house dipenuhi tanaman indah dan pohon peneduh, benda-benda antik dan perabotan tua. Bangunan-bangunannya adalah perpaduan kayu-jati dengan semen/bata ‘setengah badan’.
Pada rumah kayu utama, lantai atasnya dipergunakan untuk ‘Thai-Vegetarian dining-buffet’ dan ‘pelajaran masakan Thai’, sementara lantai bawahnya adalah receptionist, dapur, dan berbagai fasilitas penunjang. Pada bangunan serbaguna terpisah, dipakai untuk melayani sarapan pagi, tempat tamu browsing internet, pada malam hari tamu berkumpul santai, minum yang dilayani dari bar dengan persediaan yang cukup lengkap dan nonton bersama.
Sementara ruang-ruang kamar tamu tersebar di sekeliling, dan dibangun mengikuti bentuk tanah. Gap’s house adalah merupakan salah satu percontohan bagi penataan tempat tinggal internal KK kelak.

Pun-pun “Organic-Vegetarian-Slowfood” Resto
Selesai mandi, bersih-bersih, saya segera berangkat. Resto Pun-pun terletak di dalam kompleks Wat Suandok, kurang lebih 1.5 km ke barat dari tembok kota lama Chiangmai. Takut waktu tidak mencukupi, saya memilih untuk pakai Tuktuk, bukannya SamTheaw yang seharusnya lebih murah. Setibanya di Wat Suandok, saya mengalami kesulitan untuk menemukan Resto Pun-pun. Tidak ada cara lain saya menghubungi Peggy melalui telepon. Setelah menjelaskan bahwa saya sudah berada di Wat Suandok, Peggy mengarahkan saya bahwa resto berada di belakang bangunan ‘Monk Chat’ dan dapat menemui Tai (Rachabodin Boonchaiyo) di sana.

Ternyata, menakjubkan!!!! Resto mempunyai sebuah nuansa yang sedemikian tenang, menghanyutkan. Di bawah kerindangan sebuah pohon Bodhi yang sangat besar, masing-masing set meja dan kursi yang terbuat dari kayu kasar dilengkapi sebuah payung bambu besar. Setelah mendapatkan meja kosong, saya kemudian bertanya kepada satu-satunya waiter (yang juga merangkap kasir) tentang penanggung jawab tempat ini, dan kepadaku ia menunjukkan Tai yang sedang memasak. Saya kemudian mendekati Tai untuk memperkenalkan diri dan meminta waktu untuk berbicara bila ia sudah senggang nantinya. Tai bereaksi sangat antusias dan meminta saya menunggunya. Saya mengatakan ‘tentu saja, saya sudah terbang sejauh ini hanya untuk menemuinya, tak kan mungkin ingin pulang dengan sia-sia.’

Duduk sabar menunggu makananku disiapkan, saya mulai mengamati segalanya. Total hanya kurang lebih 12 meja, ditungguin oleh Tai sebagai koki utama dan 5 orang lainnya. Tamu yang mengunjungi Pun-pun Resto mempunyai karakteristik yang sangat khas:
1. Tenang, dengan sabar menunggu disajikannya makanan yang dengan bangga diberi label sebagai ‘slow food’, sebagai antidot dari ‘fast food’. Tidak terburu-buru, mungkin faktor Chingmai sebagai kota yang lebih kecil ikut berpengaruh.
2. Menikmati hidup. Semua tamu bagaikan selalu mempunyai waktu yang berlimpah untuk menikmati hidup. Sungguh berbeda dengan Jakarta atau Bangkok yang selalu tergesa-gesa, tegang, dan menjalani hidup yang penuh tekanan.
3. Unik dan Beragam. Tamu yang hadir pada siang tersebut adalah berasal dari berbagai latar belakang:
Ada seorang bhikuni Mahayana yang mungkin berasal dari Taiwan atau Vietnam yang sedang berdiskusi panjang dengan seorang pria barat, setengah baya berambut panjang yang mengenakan pakaian tradisional warna putih, warna yang tidak lazim, bukan warna yang dipakai oleh suku terasing manapun di Thailand utara. Mereka mungkin tengah memperdalam Vippasana di Sekolah tinggi agama Buddha di Wat Suandok.
Ada sepasang suami isteri lokal di satu meja dan tiga orang wanita Thai di meja yang lain, mereka orang awam biasa, mungkin mereka mampir sesudah mengunjungi Wat Suandok.
Ada 3 pria ex-pat, berpakaian formil, mereka seperti orang bisnis atau pekerja yang mendapat penugasan singkat di sini.
Ada 2 wanita berumur 40-50-an, yang satu barat dan yang satu lagi Thai. Pernak-pernik, make-up, cara duduk, pembicaraan mereka di telepon genggam, mereka adalah isteri-isteri dari ‘the heavy-weight’
Ada seorang pria bule, mengenakan celana selutut, irit, sederhana, membawa tas kulit coklat kusam, saya menduga dia adalah pendidik.
Ada sepasang wanita barat lainnya, usia menengah, aura wajah mereka tenang tanpa make up, mawas dan tersenyum ramah memperhatikan saat payung di mejaku tergerak condong karena tertendang oleh-ku. Mereka bisa jadi environmentalis atau pengikut perkumpulan spiritual tertentu.
Ada sepasang wanita muda, satu Thai dan satu barat, si Thai membawa satu tas unik dari kain dengan sablon logo ‘mencintai alam’. Mereka aktifis mahasiswa.
Ada sekelompok muda-mudi lokal yang bersenda gurau, mereka sedang mencari bentuk, mereka mencoba alternative living.
Dan saya sendiri? …..Saya perpaduan dari semuanya.
Sungguh menjadi anugerah bila karakteristik dan komposisi pengunjung yang demikian akan dimiliki oleh Resto KK kelak.

Akhirnya makananku tiba, Pad-thai, Yellow Curry disajikan dengan beras merah, juice mangga, semuanya organic, tanpa MSG, lezat dan sehat, dan dengan harga yang sangat wajar. Pun-pun’s Organic Rest: menunya, prinsip-prinsipnya nuansanya, adalah merupakan salah satu percontohan bagi format KK’ Organic Resto kelak.

Keingin tahuanku akan masakan organic pun-pun membuatku memesan berlebih. Terlalu kenyang, saya minta Tai mengizinkan saya berkeliling Wat Suandok, sambil menunggu Tai lebih senggang nantinya.

Jam 2.30 saya kembali, dan satu setengah jam selanjutnya adalah pembelajaran penting bagiku.
Tai, ternyata adalah seorang Arsitek. Dia berasal dari Khon Kaen, dan kuliah serta bekerja di Bangkok selama 10 tahun. Tai merasa cukup sudah baginya untuk tinggal di Bangkok, dia tidak merasa nyaman untuk melanjutkan hidup di Bangkok. Dengan Jo, Peggy dan Michel, mereka memulai Pun-pun Project. Sebuah komunitas pertanian, organik, dengan tujuan memperbaiki, mempertahankan dan mewariskan kekayaan tanah bagi generasi-generasi selanjutnya.

Pada setiap saat, akan ada kurang lebih 10 orang yang tinggal di Pun-pun. Pada musim tertentu, sahabat-sahabat dari jauh akan berkunjung dan tinggal selama yang mereka inginkan, hingga perjalanan kehidupan membawa mereka ke tempat tujuan selanjutnya. Tai, seperti juga beberapa pionir Pun-pun lainnya terkadang muncul di TV, juga sering melakukan perjalanan ke berbagai tempat di Thailand maupun di luar Thailand, untuk berpartisipasi, melatih, mengajar dalam workshop dalam berbagai topic seperti : Bangunan Alternatif (Earthen Building), Seed saving, Vegetarian Cooking, Sustainable and organic Agriculture, dan topic-topik lainnya.

Pun-pun berhasil meyakinkan berbagai tanah pertanian di sekitarnya tentang pentingnya untuk mengkonversi pertanian konvensional yang mengandalkan pupuk industry, insektisida dan pestisida ke system pertanian organic. Berusaha menghindari bibit GMO dan mendorong ditanamnya varietas lokal. Pun-pun juga mendorong terbentuknya koperasi/bank bibit, dengan demikian petani akan terbebas dari cengkraman tengkulak. Kesimpulannya, Pun-pun tidak hanya membantu berbagai tanah pertanian dan komunitas menjadi lebih bersahabat dengan lingkungan, juga lebih mandiri dan sehat secara ekonomi. Melalui organic resto-nya, Pun-pun membantu pemasaran dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan sehat dan pentingnya sayuran organic. Pun-pun dan semua personilnya sebagai komunitas adalah percontohan bagi Persaudaraan Kampong Kasih. Pun-Pun sebagai tanah pertanian organic adalah percontohan bagi ‘KK Farm’

ChiangMai
Saya lewati malam ini dengan berjalan mengunjungi ChiangMai's Night Bazaar di Thanon Chang Klan. Chiang Mai sungguh tenang dan bersahabat.
Di salah satu pojok pelataran gerbang timur (Pratu Tha Phae) sekelompok muda mudi berlatih menari.
Hampir setiap Cafe/resto dapat ataupun khusus menyediakan makanan vegetarian.
Di jalan, beberapa wanita tua dari suku pegunungan (Hill Tribes) menjajakan berbagai pernak-pernik etnis.
Di lantai basement Night Bazaar, di bagian lukisan, sungguh menakjubkan. Tas rajutan, ukiran sabun, kerajinan kayu dan batok kelapa, ukiran alumunium, terracota, keramik, apa saja.
Dan ratusan vihara.
Semoga kelak ada kunjungan yang lain, untuk melengkapi kunjungan singkatku kali ini, yang hanya satu malam.

Friday, April 30, 2010

Perjuangan Pasukan Merah

Bangkok; Kamis, 29 April 2010

'PERJUANGAN' selalu membuatku menggelora..
Saya bukan merah, lebih lagi tidak kuning...
tapi saya dapat merasakan, tentara merah ini,
mereka memperjuangkan sesuatu yang menurut mereka layak..

Mereka dari segala latar belakang.
Ada yang sudah uzur ada yang masih remaja.
Pria maupun wanita.
Walau kebanyakan petani dari kelas bawah, banyak juga dari kelas menengah.
Ada yang menggunakan moge, ada juga tukang ojek.

Penuh, dari Pratunam sampai ke Silom, dari Phloen Chit sampai Siam.
Di setiap akses masuk dipasang barikade ban bekas dan bamboe runcing.
Di dalamnya 10000 orang tidur beralas tikar, beratapkan para-net.
Di emperan, di bawah rel metro, hingga ke tengah air mancur yang sdh dikeringkan.

Ada yang ngantri minta dibuatkan kartu keanggotaan.
Ada yang duduk di depan panggung utama maupun mengelilingi layar lebar,
terus memberi aplus saat mendengarkan orasi, walau mereka telah setengah tertidur karena kelelahan.
Ada pasar malam dadakan, menjual segala pernak-pernik ‘MERAH’ dan dvd tentang perjuangan mereka
Ada toilet yang bisa dipindah, ada tenda untuk klinik, ada tenda tempat memuja sang Buddha, ada tempat menghormati Raja.
Panggung utama, sound system galak, layar lebar tak terhitung jumlahnya, gen set.
Semuanya lengkap komplit.

Tidak, mereka tidak hanya melakukannya 1-2 hari,
6 minggu telah berlalu,
dan belum ada tanda-tanda moril mereka turun, tidak kelihatan gelagat mereka akan bubar.
Semoga segera ditemukan jalan keluar,
semoga tidak perlu ada korban sia-sia.
Saya sendiri selalu percaya, tidak ada perjuangan yang sia-sia.

Saturday, January 9, 2010

Saya tidak memilih untuk menjadi insan biasa

Rewrite from 9th Jan 2000

Ouh!! Apa yang terjadi pada diriku?
Sejauh ini belum juga mulai saya meniti impianku.
Keadaan menjadi semakin parah karena
ternyata saya bahkan belum juga menetapkan impianku.

Saya takut!
Saya malu!
Saya tidak ingin sia-sia!
..... Saya tidak mau, saya tidak memilih untuk menjadi insan biasa!

.

Tuesday, August 25, 2009

Bersinarlah .. seterang-terangnya


There isn´t enough darkness in all the world to snuff out the light of one little candle.
Gautama Siddharta, 563-483 B.C.

Lilin selalu mampu menambahkan sentuhan khusus pada setiap rumah,
memberikan keistimewaan kepada setiap suasana, setiap momen.
Lilin adalah simbol harapan, adalah kemenangan,
karena kegelapan yang paling pekatpun tak berdaya menghadapi terang lilin yang terkecil.
.
Tanpa dinyalakan-pun, lilin telah membuat suatu ruang terlihat elegan,
Saat ditata berkelompok, lilin dapat menjadi titik pusat perhatian.
Begitu dinyalakan, lilin menciptakan nuansa, mempersembahkan kehangatan, membentuk kebersamaan dan kemesraan.
Lilin yang ber-wewangian mengurangi stress dan membantu relaksasi.

Sebuah lilin yang baik perlu dapat dibakar lama dan dibakar hingga habis,
nyalanya konstan karena sumbunya tidak rebah dan tepat di tengah sehingga tidak membakar satu sisi.
Sebuah lilin menjadi spesial bila saat dibakar tidak mengakibatkan asap yang mengganggu,
dan tidak akan meluber dan mengotori sekitarnya.
Lilin yang sempurna, menjadi bagai suar, yang tetap bertahan walau ditengah topan badai,
nyalanya fokus, dan terangnya diarahkan untuk membantu memberi petunjuk.


Kualitas LILIN, ditentukan dari 3 hal berikut:
Pertama, apakah Lilin dibuat dari bahan dasar yang terbaik, yang murni,
Kedua, apakah sumbu lilin terbuat dari bahan yang baik, yang terpasang tegak, tepat di tengah, tersambung hingga ke dasar lilin.
Ketiga, adalah tentang kualitas manfaat dari Lilin.
Banyak orang mengumpamakan diri agar meneladani lilin, yang membakar diri untuk menerangi yang lain. Jika memang ingin meneladani lilin, teladanilah lilin yang berkualitas baik.
....
2500-an tahun yang lalu, seorang Maha Guru telah merenungkan, menyadari dan kemudian mengajarkan bahwa:
1. Hidup adalah kesementaraan, penuh dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, dan tidak ada apapun yang kekal untuk bisa dipertahankan.
2. Sumber dari semua hal yang tidak menyenangkan adalah karena ego diri, yang mengambil bentuk sebagai keserakahan, kebencian dan kebodohan.
3. Namun sebenarnya kesulitan dan penderitaan dapat dipahami dan ditaklukkan, dapat dikalahkan.
4. Dengan berlatih dalam 3 kelompok pembelajaran yang dilakukan secara paralel bersamaan:
I. Sila (Pemurnian perbuatan, ucapan dan mata pencaharian),
II. Samadhi (berlatih fokus, kepekaan dan upaya) dan
III. Prajna (Pemahaman yang menyeluruh dan pemikiran yang positif).
.
Demikianlah seyogyanya kita terus berlatih,
meningkatkan tiga kualitas Prajna, Sila dan samadhi,
agar hidup dan raga ini berharga maksimal,
agar Lilin diri ini bisa bersinar seterang-terangnya.
.
===@@@===
PRAJNA,
Mengasah perspektif yang sangat jelas dalam memandang dan memahami kehidupan dengan segala karakteristiknya;
Pemahaman yang menyeluruh akan 4 kensunyataan mulia: Dukkha, penyebab-Dukkha, berakhirnya Dukkha dan jalan untuk mengakhiri Dukkha.
Menjadi terlatih dalam metodologi '4 langkah' perbaikan kehidupan:

Mengembangkan kehendak untuk melepaskan diri dari keserakahan dan berbagai bentuk kemelekatan; kehendak baik yang mampu mengalahkan kemarahan dan kehendak positif untuk selalu menemukan solusi bersama; kehendak untuk mengembangkan hati welas kasih, untuk selalu menghindari kekerasan & pengekspoitasian, untuk terus menuju keharmonisan dan perdamaian.

.
.
SILA,
Dengan memurnikan perbuatan, dengan menghindari pembunuhan, pencurian, dan hubungan seksual yang tidak bertanggung jawab.
.
Dengan memurnikan ucapan, tidak mengucapkan kebohongan, kata-kata yang tajam menyakiti, yang mengadu domba dan menyebar fitnah, tidak terlibat dalam pembicaraan yang tidak membawa manfaat.
Pastikan setiap ucapan merupakan sesuatu yang benar, halus membawa ketenangan, membawa keakuran-keharmonisan dan membawa manfaat.
.
Dengan berpenghidupan benar, hidup dari sumber-sumber yang tidak merusak, bermata pencaharian yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain, juga tidak merusak habitat dan lingkungan hidup.
Pastikan agar yang menjadi sumber kehidupan kita menciptakan 'nilai tambah' yang nyata.
Sebisa mungkin, sumber nafkah kita adalah sejalan dengan kegemaran dan menyatu dengan keseharian keluarga.
Akan sangat luar biasa bila sumber nafkah bukan lagi disebut 'kerja', tetapi telah menjadi 'Karya', yang membawa manfaat bagi masyarakat, baik di bidang pendidikan, kesehatan, penyuluhan, pelestarian, riset dan pengembangan.
.
.
SAMADHI,
Untuk selalu berupaya secara positif.
Melanjutkan dan belajar apapun yang baik;
Merubah dan menghindari apapun yang buruk,
.
Untuk memiliki kesadaran, melatih keperdulian, peka terhadap berbagai fenomena yang ditemui, terhadap raga, persepsi maupun perasaan diri sendiri.
.
Untuk melatih konsentrasi, fokus, secara bertahap semakin mencapai puncak pencapaian.
.
@@
===@ @ @===
@@
Walau terkadang mentari tua telah lelah berpijar, berkerut kusut tiada berseri;
dan bulan nan genit enggan tersenyum, tersendat merayap dalam kegelapan.
Namun Lilin-lilin kecil belumlah mampu tuk berpijak tegak,
belum bisa memberi seberkas cahaya dan menyengat dunia.
.
.
Belum tiba saatnya untuk berhenti berpijar,
Mohon lanjutkan berikan senyummu.
Lanjutkan menginspirasi Lilin-lilin kecil
untuk Bersinar,... seterang-terangnya
...
.

Sunday, August 16, 2009

Wish You have a beautiful sunset, ....every single day.


Pada bulan Agustus, angin di danau toba selalu bertiup kencang setiap sore.
Suara gembira anak-anak yang bermain gendong-gendongan di tepian pantai danau, terselip di tengah ‘debuman’ ombak memukul pantai.
Di bagian lain dari pantai yang tidak panjang, ada anak penyewaan perahu yang mengumpulkan kembali ban sambil menyanyi-kan: “Tak gendong,…. kemana-mana.” Entah dia tahu atau tidak tentang telah berpulangnya Mbah Surip tadi pagi.
Sekelompok burung terbang beriringan, menyeberangi danau untuk kembali ke tempat peristirahatannya.
Dan azan magrib mulai berkumandang di kejauhan,
Sungguh indah, untuk dapat duduk di teras hotel, mengagumi keagungan suasana ini, sambil mengikuti matahari yang hampir terbenam.

Matahari terbenam, selalu merupakan momen istimewa,
walau tidak banyak yang beruntung untuk dapat menikmatinya.
Ada yang terlalu sibuk, tidak dapat meninggalkan pekerjaannya untuk menyaksikan satu.
Ada pula yang setiap hari menyaksikan satu, tapi tidak menikmatinya.

Saya sendiri beruntung dapat meluangkan waktu, paling tidak sore tadi berkesempatan untuk menyaksikan satu.
Mudah untuk larut dalam keagungan suasana ini, terutama bila melewatkannya bersama dengan orang yang mempunyai tempat khusus di hati.
Ini pertemuan kami yang pertama sesudah 10 tahun.
Pertemuan 10 tahun lalu terjadi sesudah 5 tahun.
Berbahagia,
segalanya menjadi 'mudah-jelas-jujur-transparan' bila Anda tengah bersama dengan Ia, yang bersamanya bisa saling memahami dan saling menerima sebagaimana apa adanya.
Seluruhnya menjadi indah bila Anda bersama Ia, yang saling mengutamakan kebahagiaan yang lain, yang telah menikmati kebahagiaan yang lain sebagai kebahagiaan sendiri..
Semuanya menjadi baik dan membawa faedah bila bersama Ia yang dapat saling berbagi mimpi dan harapan ke depan, yang bersama mampu melihat masa lalu sebagai proses dan pengalaman, yang hanya bisa meninggalkan kenangan indah.
Semoga kami tidak baru bertemu kembali sesudah 20 tahun.


Sungguh sebenarnya, Yang Maha Kasih telah mengaruniai kami dan juga setiap insan dengan berlimpah.
Dan tentu saja karunia tidak diberikan hanya untuk satu hari ini...

Keagungan matahari yang akan terbenam tidak hanya ada pada sore yang spesial.
Karena setiap hari ada matahari, dan setiap sore matahari terbenam.

Hubungan yang istimewa sebenarnya juga tidak hanya ada satu, dua atau tiga.
Karena hubungan adalah dari hati ke hati, dan setiap hati pada dasarnya adalah indah, dan selalu bisa terus diperindah.

===&&&===

Pada hari-hari selanjutnya, sesibuk-sibuknya kita, semoga lebih sering menyempatkan diri menyaksikan matahari yang tengah terbenam.
Segalau-galaunya hati, semoga tetap dapat tenangkan diri untuk Carpe diem!!!! , Seize the day!!!!
Lakukan yang terbaik pada hari ini. Kejarlah yang menjadi hasrat dan panggilan hatimu.
Karena hari esok adalah tidak nyata,
Karena saat membuka mata, bangun dari tidur di pagi hari, ternyata keadaan kemarin sebenarnya tidak seburuk yang ditakutkan sebelumnya.

Orang bijak mengingatkan: "Pada akhir perjalanan, kita tidak akan dihantui kesalahan-kesalahan konyol yang kita lakukan. Tetapi kita akan tiada henti menyesali hal-hal yang seharusnya kita lakukan, tetapi tidak dilakukan."


===&&&===

"Jodoh" adalah sesuatu yang tidak mudah untuk dipahami.
Tidak pernah terbayang sebelumnya, harga dan konsekwensi yang harus dibayar oleh sebuah pilihan..
'Hanya 2 pertemuan dalam 15 tahun' memang terdengar mahal menakutkan.
Tentu 15 tahun yang lalu saya tidak menyadarinya akan se'mahal' ini,..
Untunglah, sesuatu yang dibayar mahal biasanya berkualitas tinggi, dan bermakna dalam.

Kini, merenungkan pilihan ini saya menyadari:
Setiap keputusan mempunyai harga dan konsekwensi.
Ia mengakibatkan tertutupnya berbagai pintu, tetapi juga membuka pintu lain yang berbeda.
Ia membawa pergi kegembiraan dari pertemuan tapi juga membawa pergi kegetiran dari perpisahan.
Ia menghilangkan kemapanan dan kepastian dari pilihan yang lama, tetapi menawarkan kesempatan untuk memperbaiki diri dan kebebasan untuk memulai dari awal pada pilihan yang baru.

Dalam hidup....
saat kita telah mengambil sesuatu, tangan kita tidak bisa mengambil banyak yang lain.
sebaliknya saat kehilangan sesuatu banyak yang lain kita temukan.
saat telah memilih satu jalan, kita kehilangan banyak kegembiraan yang dapat ditemui di jalan yang lain.
namun saat bertemu kebuntuan, sebenarnya banyak pintu yang lain akan terbuka dengan sendirinya.

Hidup telah banyak mendidik dan membentuk saya:
Dulu saya memutuskan apa yang saya anggap baik, memilih jalan yang dianggap terbaik;
Kini, saya memahami bahwa sesudah menentukan sebuah pilihan, nikmatilah. cherish it.
Walau ternyata, yang terbaik tidak perlu dan tidak selalu ada dalam daftar pilihan kita.
Saya belajar untuk tidak perlu terluka saat kehilangan apa yang telah saya pilih.
Saya juga belajar untuk memperbaiki setiap kekurangan dalam apa yang telah saya pilih.

Kini, saya menyadari banyak jalan yang lain yang sebenarnya tidak kalah mulia dari pilihanku,
namun apapun jalan yang telah dipilih dan akan dipilih, saya tetap travel through it fully,
karena tetap akan ada banyak hal menarik yang dapat ditemui di tengah perjalanan.
Saya telah memahami bahwa tidak ada jalan yang terbaik,
karena yang penting adalah Hati ia yang akan melewati jalan tersebut.
Hidup ternyata adalah guru luar biasa.
Namun banyak diantara yang diajarkan ternyata adalah pelajaran yang menyakitkan.
Celakanya, pelajaran menyakitkan tersebut justru pelajaran yang terpenting, pelajaran menyakitkan mempertajam pemahaman, mengasah kesabaran dan mengikis kesombongan.
Demikianlah yang diajarkan pilihan ini kepada diriku.

Dan bukankah dirimu juga telah menentukan pilihan, yang ternyata mengajarkan sangat banyak, seperti yang telah dibagi kepada-ku:
Pilihan yang membawamu tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi telah mengantarkan dirimu ke tengah peradaban berbeda, yang tua, yang tidak kalah luhur, ditaburi berbagai nilai kebajikan, tinggal di tengah masyarakat dengan pemahaman yang telah lebih maju.
Pilihan yang telah membentukmu menjadi semakin tegar dan mandiri.
Pilihanmu menatapku menantang, yang membuatku kerdil berkata lirih, "saya belum tentu sanggup."

2 pertemuan walau sedikit, bila dapat dipastikan berkualitas, bukankah menyenangkan..
20,000 pertemuan jelas banyak tetapi bila tidak berkualitas lalu apa gunanya?

===&&&===

'Menempatkan seseorang di hati', bagi orang kebanyakan bermakna dan ber'implikasi' ganda,
1. seseorang tersebut sangat kita cintai sehingga harus dimiliki atau
2. seseorang tersebut sangat dibenci sehingga harus dienyahkan sejauh mungkin.
Baik 'memiliki' maupun 'mengenyahkan', dua-duanya hanya akan berakhir dengan sakit dalam hati.

Kamu sesuai dengan kriteria keinginanku, kamu harus menjadi milikku.
Jika tidak berhasil memiliki, saya akan merasa sangat sakit.
Jika telah memiliki tetapi ternyata kamu tidak sesuai dengan harapan awalku atau tidak melakukan keinginanku, saya pun akan merasa sangat sakit.

Kamu menentang kehendak dan pandanganku, kamu harus dienyahkan.
Jika tidak berhasil dienyahkan, saya akan merasa sakit.
walau telah dienyahkan, tetapi ternyata kamu tetap lebih disukai, diterima dan lebih baik dari saya, menjadi-jadilah sakitnya.

Beruntung manusia adalah bebas dan boleh mencari opsi pilihan lainnya....
dan hati bisa dilatih untuk menjalaninya.
Sebuah opsi yang mementingkan saling memahami, saling pengertian, saling menerima dan saling menyanyangi.
Sebuah opsi yang dibangun di atas kejujuran dan keberanian untuk menghadapi diri sendiri: kepekaan, keperdulian dan kasih terhadap dia/orang lain; dan kematangan-kedewasaan untuk menyeimbangkannya.
Sebuah opsi yang tidak perlu memaksakan 'memiliki'. Sebuah opsi yang memungkinkan untuk mengutamakan kebahagiaan dia melebihi pentingnya kebahagiaan diri sendiri. Sebuah hati yang terlatih untuk berbahagia saat melihat kebahagiaan dia/orang lain.
Sebuah opsi yang bisa menyatukan mimpi dan harapan, merajut masa depan bersama.
Sebuah opsi yang tidak pernah menjadikan masa lalu sebagai beban, sebaliknya masa lalu selalu menjadi sumber kekuatan.
Semoga semakin banyak 'hubungan' dibangun dengan fondasi yang benar.
Semoga kasih dipahami dan direnungkan dengan benar, sehingga terbebas dari rasa sakit.
Semoga 'hubungan' tidak hanya terjalin dengan satu orang yang dicintai, tetapi bisa dengan jauh lebih banyak yang lain, dengan khalayak yang semakin hari semakin luas.
Semoga disadari , ternyata selalu ada tempat kosong dalam hati.

===&&&===
Saya bermimpi tentang sebuah tempat,
di mana setiap sore ada matahari terbenam untuk disyukuri,
dan selalu ada waktu untuk mensyukurinya.

Saya bermimpi tentang sebuah tempat,
di mana suara jeritan anak bermain didengarkan sebagai hiburan,
hembusan angin dan dentuman ombak merupakan musik alam.

Saya bermimpi tentang sebuah tempat,
di mana ketidak-abadian dapat dipahami sebagai karakteristik umum kehidupan..
dan kematian dihadapi dengan tanpa beban.
Saya bermimpi tentang sebuah tempat,
dimana semua makhluk mempunyai tempat istirahat yang layak,
yang menjadi sebuah shelter untuk berteduh dan sebuah pelabuhan untuk kembali.
Sebuah tempat dimana Azan, beduk, genta, dan lonceng dipahami tanpa perbedaan sebagai suara panggilan ilahi, sebagai suara panggilan yang paling indah.

Saya bermimpi tentang sebuah tempat, dimana semua yang tinggal di sana selalu saling mengasihi.
"Wish You Have A Beautiful Sunset"
4 Agustus 2009