Tuesday, December 1, 2009
Voluntary simplicity
Berbicaralah tentang hemat...
Apakah itu hanya tentang materi?
Demikian ada yang mengatakan kepadaku...
Hemat tentu saja bukan sekedar tidak membeli terlalu banyak, atau berusaha mendapatkan sesuatu dengan harga yang paling murah.
Hemat tentu tidak sekedar menggunakan sesedikit mungkin, atau menggunakan apa saja yang tersedia.
Lebih bukan lagi 'menggunakan upaya yang seminimal mungkin untuk mencapai sesuatu tujuan/kepentingan pribadi, dan meninggalkan persoalannya diselesaikan oleh orang lain, apalagi generasi selanjutnya.'
Lalu bagaimana kita menjabarkan saat dikatakan, bersama dengan Kan En (bersyukur) dan Huan Si (bergembira), Si Fu (yang sering diterjemahkan dengan terlalu sederhana sebagai berhemat) merupakan tiga fondasi pembinaan diri.
Benjamin Franklin juga memasukkan Frugality sebagai salah satu dari tiga belas kebajikan yang Dia anut sebagai panduan kehidupannya.
Dengan suka rela memilih hidup dalam kesederhanaan (voluntary simplicity).
Kita telah sering dengan salah dicekoki, bahwa kita baru akan bergembira dengan memiliki banyak.
Kita telah hanyut dalam konsumerisme dan menjadi sasaran empuk dari iklan TV.
Kita adalah korban langsung dari gengsi, ingin berlomba dan tidak mau kalah saat melihat orang lain 'punya' lebih dibanding kita.
Kita gagal memahami bahwa berkecukupan adalah memiliki apa yang dibutuhkan, bukanlah memiliki segala sesuatu.
Kita tidak menyadari bahwa mengambil berlebihan, hanyalah akan menjadikannya beban.
Kita lupa bahwa jika memiliki dengan berlebihan, kita akan cenderung menghabiskan waktu mengurusi 'milik kita' daripada menggunakan waktu untuk menikmati hidup.
Kita lebih alpa lagi bahwa segala sesuatu ada harganya; memang kita membayar harga labelnya, tetapi telah mengkhianati yang tidak mampu membayar harga label tersebut, sementara harga real-nya dibayar oleh lingkungan, oleh bunda pertiwi, dan dirampas dari anak cucu kita.
Beberapa hal berikut mungkin perlu kita renungkan:
1. Menghamburkan apa yang tidak pantas (uang, material, kata-kata, perbuatan, etc) adalah kebodohan, mengirit apa yang seharusnya dilakukan adalah ketidak pekaaan. Melakukan hal yang benar, dalam porsi yang sesuai, pada saat yang tepat adalah kearifan.
2. Produktivitas adalah Efisiensi x Efektivitas. Adalah penting untuk meminimalkan biaya, lebih penting lagi untuk berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan. Yang paling parah adalah menghamburkan sumber daya untuk sesuatu yang tidak berdaya guna.
3. Pemborosan adalah kebocoran. hanya masalah waktu akan mengakibatkan kapal karam. Pemborosan bisa terjadi pada apa saja: uang, sumber daya, tenaga, ketenangan hidup, vitalitas, dll.
4. Menghamburkan milik sendiri adalah boros, menghamburkan milik bersama adalah egoisme dan ketidak perdulian, menghamburkan apa yang bukan menjadi milik kita adalah perampasan.
5. E. F. Schumacher: "Mereka yang sok pintar dapat membuat sesuatu menjadi lebih besar, lebih kompleks dan lebih mengakibatkan kekerasan. Dibutuhkan sebuah sentuhan jenius, yang penuh keberanian, untuk bergerak ke arah yang sebaliknya."
6. Menabung adalah meningkatkan kapasitas, hanyalah langkah pendahuluan. Tetap saja pemanfaatan kapasitas yang menjadi kunci benar-salah.
7. "Si Fu" adalah tentang optimalisasi. Memaksimalkan sumber daya dan jodoh. Memaksimalkan kehidupan, memaksimalkan nilai diri.
..
Tuesday, November 3, 2009
Persiapkan dirimu dengan baik.

Kesendirian tidak selalu perlu menjadi masalah. Ia menjadi persoalan besar karena kehilangan tempat berbagi, berkeluh kesah dan tempat mencari bimbingan.
Ia merasa tersiksa, menjerit mengatakan: “Saya bagaikan menjadi berkepribadian ganda.Walau di satu sisi mengetahui apa yang baik, tetapi di sisi lain tidak mampu untuk mengikuti dan melakukan yang baik. Saya Tidak kuasa untuk meninggalkan pikiran burukku.”
Pendahulu, Buku Suci dan Wadah Ketuhanan.
Belasan tahun yang lalu, seorang senior mengatakan kepadaku, seorang yang membina diri mempunyai tiga hal yang tidak boleh ditinggalkan. Ketiganya merupakan ‘perlindungan’ yang baik: Pendahulu, Buku Suci dan Wadah Ketuhanan.
Sering sudah kita mendengar hal tersebut. Kita mengetahuinya. Mungkin itulah sebabnya kita Nien Cing, kita minum teh dan bersenda gurau bersama pendahulu, kita selalu ke fothang.
Namun miris rasanya melihat beberapa adik, tetap tidak berdaya, dipermainkan dan terseret ke sana kemari, tergulung oleh kerasnya ombak kehidupan yang tidak pandang bulu.
Mereka selalu sepenuh hati, bersemangat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Wadah Ketuhanan, namun mengapa tetap sulit menghadapi kerasnya kehidupan. Adakah yang salah dengan Wadah Ketuhanan? Adakah yang salah dengan pembinaan diri? Jelas tidak.. Lalu dimana letak kesalahannya?
Ternyata kesalahannya adalah, walau kita akrab dengan pendahulu, kita tidak pernah menjadikannya teladan, tidak memperoleh inspirasi yang cukup dari mereka. Kita sering mengabaikan kesalahan kecil yang kita lakukan pada saat kesalahan tersebut masih mudah dibenahi, sampai akhirnya kesalahan tersebut telah menjadi persoalan yang akut dan sulit disembuhkan. Hanya sesudahnya kita mencari pendahulu, seakan pendahulu adalah dukun bagi segala persoalan.
Saat kepada kita ditunjukkan apa yang menjadi kesalahan kita, kita justru mangkir dan selanjutnya menghindar. Kita gagal menumbuhkan cukup rasa hormat agar dapat meminta bantuan pendahulu untuk membukakan kran potensi diri kita.
Ternyata kesalahannya adalah kita menghafal kitab suci tertentu. Padahal sebenarnya yang perlu kita lakukan adalah membacanya, merenungkannya, memahaminya, menghayatinya, selanjutnya menjalankannya dan menggunakannya sebagai panduan bagi kehidupan diri sendiri, dan juga orang lain.
Kesalahannya adalah karena Buku Suci tidak dipergunakan sepenuhnya menjadi nara sumber bagi proses pembelajaran, kisah perjalanan para suci gagal dipergunakan sebagai acuan dalam pencarian akan kebenaran.
Ternyata kesalahannya terletak kita yang terpanggil datang ke wadah Ketuhanan adalah karena kegiatannya “seru”. Sehingga walau terlibat dalam berbagai aktifitasnya, tetapi tidak terjadi kegiatan wadah Ketuhanan menjadi ‘sarana pemurnian diri’.
Aktifitas Wadah Ketuhanan seyogyanya tidak hanya mengasah kemampuan kita untuk mengatur dan mengkoordinasi kegiatan; Lebih penting lagi, kita meminjam berbagai kegiatan Ketuhanan untuk mengasah kepekaan, memperhalus kepribadian, mempertajam pengendalian diri, dan menegakkan kebajikan.
Sekolah, guru, kurikulum dan fasilitasnya semuanya boleh jadi bagus, tapi apakah kita sudah dan benar-benar belajar????
Kita gagal untuk menyadari ternyata ke-3 hal tersebut adalah hanya Pengawal/Pembina, Pelajaran dan fasilitas/sarana bagi pembinaan dan pengembangan diri, bukan pembinaan diri itu sendiri. Kualitas dan hasil pembinaan diri tetap saja sangat bergantung kepada masing-masing Individu.
IQ, EQ dan CQ/SQ
Kita jarang merenungkan tentang berbagai tantangan dan kesulitan di depan. Sehingga tidak heran bila kita tidak menyiapkan diri dengan baik untuk menghadapinya. Lupakan tentang membantu mempersiapkan adik-adik untuk menyongsong masa depan.
Hidup adalah bagaikan suatu permainan.
Hidup dapat saja menjadi menyenangkan, tetapi hanya bagi mereka yang paham akan peraturan dan berbagai karakteristiknya.
Tetapi akan bagaikan sebuah jebakan, sebuah pusaran lumpur, penjara bagi mereka yang tidak memahami ‘hidup’, yang tidak menguasai aturan umum yang ditetapkan ‘hidup’.
Hidup akan bersahabat dengan siapapun yang datang dengan persiapan dan tulus terhadapnya.
Tetapi akan menjadi musuh menakutkan bagi yang tidak perduli dan meremehkannya.
Andrew_Carnegie menyatakan hal ini tentang hidupnya:

Pergunakan 1/3 bagian pertama dari kehidupan untuk belajar apa saja, mempersiapkan segalanya untuk menghadapi kehidupan.
Pergunakan 1/3 bagian yang kedua untuk bekerja sekeras-kerasnya, mengumpulkan apa saja dari kehidupan.
Pergunakan 1/3 bagian terakhir dari kehidupan untuk memberikan, menyumbangkan, mendedikasikan segala yang telah dikumpulkan dalam kehidupan bagi kemudahan hidup orang lain.
Itu adalah bagi Carnegie. Miris terkadang melihat hidup sebagian orang, pada usia belia tidak belajar dan menyiapkan apa-apa, pada usia menengah tidak mampu mengumpulkan cukup banyak dari kehidupan, pada usia tua kemudian terseot-seot dan menjadi beban bagi kehidupan orang lain.
Jadi apa yang harus dipersiapkan?
Segalanya.
Mulai dari mempersiapkan pengetahuan, mempersiapkan kesehatan Jiwa dan Raga, memperbesar kapasitas hati, dan jangan abaikan kebugaran fisik.
Semuanya.
Saat kepada Nipun Mehta ditanyakan apa yang mengantarkan dirinya kepada apa yang telah ia capai. Nipun mengatakan
“Kombinasi manis dari IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient) dan CQ (Compassion Quotient) ”.
Kehadiran IQ membuat seseorang disebut cerdas
Saat ditambah dengan EQ membantu terwujudnya kebahagiaan
Tapi hanya dengan dilengkapi SQ/CQ dapat mengantarkan hidup menjadi bernilai.
Dan ketiganya sebenarnya dapat dipersiapkan.
Lebih banyak ttg iq, eq dan sq dapat dibaca di sini.
dari ketiganya SQ paling kurang dipahami, untuk secara kasar mengukur SQ mu silahkan coba ini
Sudahkah siapkah saya?
Sudahkah Anda????
.
Monday, September 14, 2009
Zhong Yong

天命之謂性,率性之謂道,修道之謂教。
莫見乎隱,莫顯乎微。故君子慎其獨也。
喜怒哀樂之未發,謂之中;發而皆中節,謂之和;中也者,天下之大本也;和也者,天下之達道也。
致中和,天地位焉,萬物育焉。
What Heaven has conferred is called The Nature; an accordance with this nature is called The Path of duty; the regulation of this path is called Instruction.
The path may not be left for an instant. If it could be left, it would not be the path. On this account, the superior man does not wait till he sees things, to be cautious, nor till he hears things, to be apprehensive.
There is nothing more visible than what is secret, and nothing more manifest than what is minute. Therefore the superior man is watchful over himself, when he is alone.
While there are no stirrings of pleasure, anger, sorrow, or joy, the mind may be said to be in the state of Equilibrium. When those feelings have been stirred, and they act in their due degree, there ensues what may be called the state of Harmony. This Equilibrium is the great root from which grow all the human actings in the world, and this Harmony is the universal path which they all should pursue.


Sunday, September 13, 2009
Pembelajaran yang Utama

Friday, September 4, 2009
Prinsip-prinsip Utama Jalan Ketuhanan

The Principles of the Tao
1 To venerate Heaven and Earth; 2 To revere the divine beings; 3 To be patriotic and responsible; 4 To be virtuous and courteous; 5 To honor the parents; 6 To value the teachers; 7 To keep faith with friends; 8 To live harmoniously with neighbors;
9 To discard the bad and seek the good; 10 To clarify the Five Relationships and the Eight Virtues;
11 To spread the teachings of the Five Religions; 12 To follow the ancient practice of the Four Ethics, the Mainstays, and the Constant Virtues; 13 To cleanse the mind and purify the spirit; 14 To utilize the illusory world in cultivating the truth; 15 To restore the nature of the self; 16 To develop the perfection of conscience; 17 To establish oneself and help others in establishment;
18 To achieve goals and help others in achievement;
19 To bring the world into peace; 20 To change hearts into goodness;
21 To transform the world into Great Unity.
Prinsip-prinsip Utama Jalan Ketuhanan
14 Meminjam kesementaraan hidup untuk membina kesejatian.15 Kembali ke keaslian sifat semula, 16 Mengembangkan kesempurnaan nurani, 17 Menegakkan diri dan membantu menegakkan yang lain18 Mencapai tujuan hidup dan membantu yang lain mencapai tujuan hidupnya19 Membawa dunia ke dalam perdamaian, 20 Merubah setiap hati untuk menjadi baik21 Agar seluruh dunia menjadi satu kebersamaan yang besar.
Prinsip-prinsip Utama Jalan Ketuhanan
2. Memuliakan Para Suci, Bodhisattva-Mahasattva-Para Buddha, Para Bijak, dan Guru-guru Agung yang telah datang sebelum kita. Dengan penuh hormat menempatkan Mereka sebagai teladan dan sumber inspirasi.
3. Dimana pun tempat tinggal yang dipilih, jadilah warga negara yang baik. Jalankanlah dengan baik apa yang menjadi tugas, tanggung jawab dan kewajiban.
4. Baik dalam karakter, perilaku dan pembawaan. Mengikuti apa yang menjadi etika umum, santun dalam perbuatan dan ucapan
5. Mencintai, hormat, mendukung dan patuh terhadap orang tua. Tidak lalai atau berbuat salah yang mengakibatkan orang tua mengkhawatirkan diri kita.
6. Memuliakan dan menghormati semua Guru dan Senior yang telah berjerih payah mendidik dan mewariskan kebijaksanaan hasil belajar mereka.
7. Tulus, jujur dan setia kawan dalam persahabatan. Membentuk kebersamaan yang saling mempercayai, saling dukung, saling berbagi dan saling ber-ketergantungan.
8. Hidup harmonis dengan masyarakat sekitar. Akur dengan tetangga bagaikan dengan keluarga terdekat.
9. Terus menerus memperbaiki diri dan meningkatkan kemampuan diri. Membuang jauh semua yang salah dan mempelajari yang baik.
10. Agar hidup dalam “Kelima keteraturan tata hubungan”, yaitu: Antara raja dan menteri, antara orang tua dan anak, antara suami dan isteri, antar saudara dan antar sahabat.
Dan “Delapan kebajikan dasar”, yaitu : Berbakti, Persaudaraan, Kesetiaan, Dapat dipercaya, Sopan santun, (mengutamakan) Kebenaran, Integritas dan Rasa Malu(akan kesalahan).
11. Merenungkan, memahami, mengenali dan menyebarkan apa yang menjadi inti-semangat , kearifan dari semua tradisi spiritualitas dan filosofi, yang akan bermanfaat-membantu setiap individu untuk memperbaiki kehidupan dan lebih berbuat baik.
12. Mempertahankan, menjalankan dan meneruskan warisan tata nilai yang sangat berharga. Keempat etika: Sopan santun, (mengutamakan) Kebenaran, Integritas dan Rasa Malu (akan kesalahan). Tiga Pilar tata hubungan social: Raja dan menteri (atasan dan bawahan), Orang tua dan anak dan suami-isteri. Lima Kebajikan utama: Welas kasih, Kesatria-an, Sopan santun, Kearifan dan Dapat dipercaya.
13. Menghilangkan dan menolak semua dan setiap pikiran buruk dan merusak. Mempertahankan dan membangun suatu sikap, pemikiran dan niat yang positif.
14. Melalui hidup yang ‘sementara’ untuk memahami ‘keabadian’. Menggunakan setiap kejadian dalam kehidupan sebagai sumber pelajaran yang tiada habisnya.
15. Mengenali dan menyadari Kesejatian diri (benih KeBudhaan) sebagai potensi yang tak terbatas, untuk hidup berbahagia, berbuat baik dan membantu sesame, hingga pencapaian kesempurnaan.
16. Mengembalikan kegemilangan nurani, yang maha mengetahui dan maha berkemampuan, agar mencapai puncak potensi kebajikannya.
17. Mengembangkan dan memapankan diri sendiri sedemikian rupa, selanjutnya membantu yang lain untuk mencapai hal yang sama.
18. Mencapai tujuan dan berbagai hal yang dianggap penting bagi hidup sendiri, selanjutnya membantu yang lain untuk menggali dan mencapai apa yang menjadi tujuan hidupnya.
19. Terus berusaha untuk mewujudkan sebuah dunia yang damai, tenang tenteram, yang tertata rapi dan asri.
20. Setiap orang hidup dengan kehendak yang baik, pikiran yang positif, perilaku yang bersahabat dan berbudaya.
21. Sehingga semua di dunia hidup dalam keadilan, kesetaraan dan keharmonisan, menjadi sebuah persaudaraan besar.
Saturday, July 25, 2009
The Great Harmony
Tentu saja sejauh ini Sommaratana Place masih merupakan suatu tempat di dunia maya.
'Sommaratana Place' adalah suatu Commune (Intentional Community). Adalah suatu Utopia. Idealisme/mimpi/harapan akan suatu komunitas yang damai-berbahagia ini bukanlah hal yang baru, adalah sesuatu yang telah menyatu dengan kehidupan manusia.
Liji 禮記 "The Book of Rites", pada point 1 dari bab 禮運- Li Yun adalah tentang 禮運大同篇- Li Yun Da Tong Pian, yang merupakan salah satu fondasi idealisme bagi Sommaratana Place.

Kaligrafi di atas dan terjemahan dalam Inggrisnya adalah dari Link ini
禮運大同篇
大道之行也,天下為公。選賢與能,講信修睦,故人不獨親其親,不獨子其子,使老有所終,壯有所用,幼有所長,矜寡孤獨廢疾者,皆有所養。男有分,女有歸。貨惡其棄於地也,不必藏於己;力惡其不出於身也,不必為己。是故謀閉而不興,盜竊亂賊而不作,故外戶而不閉,是謂大同。
2. Pemimpin akan dipilih dari mereka yang ber-kebajikan dan mempunyai kemampuan;
3. Semuanya jujur-tulus dan mengutamakan kebersamaan;
4. Sehingga tidak ada yang hanya mencintai orang tuanya sendiri atau hanya memberlakukan anak sendiri seperti layaknya anak;
5. Segala kebutuhan terjamin bagi semua orang tua hingga akhir hayatnya,
6. Kasih sayang ada untuk setiap duda-janda, anak yatim,
7. Setiap pria mempunyai peran dan setiap wanita mempunyai rumahnya.
8. Mengumpulkan segala sesuatu yang tidak termanfaatkan, namun tidak pernah membutuhkannya untuk diri sendiri.
9. Demikianlah semua tidak pernah saling merugikan, perampok, pencuri dan semua yang bertentangan dengan hukum tak pernah bisa muncul, hingga pintupun tidak perlu terkunci.
10. Inilah yang dimaksud dengan suatu era (utopia) persaudaraan besar.”
1. Dari semua jalan di dunia, hanya jalan pembinaan diri yang tak akan menyesatkan, dalam berbagai persoalan, hanya tao yang akan secara tuntas menyelesaikannya. Saat Tao Agung telah terlaksana sepenuhnya, dunia akan hidup dalam keadilan;
2. Tanpa mengabaikan aspirasi setiap individu, komunitas dipimpin oleh ia yang mepunyai kebajikan sehingga setiap orang dengan rela menyumbangkan keahliannya.
3. Menggunakan kejujuran dan ketulusan untuk mengawal setiap hubungan. Kebersamaan sebagai keharusan;
4. Setiap yang tua adalah orang tuaku, setiap anak adalah anak-anakku, sebagaimana kehendak setiap Bodhisattva.
5. Menyediakan yang terbaik kepada setiap individu pada ketiga bagian proses kehidupannya : Anak kecil, dewasa maupun tua.
6. Perhatian khusus bagi yang tak mampu menjaga dirinya sendiri, bagi yang tak terwakili, bagi kaum yang termarginalisasi, yang merupakan 'Harijan'
7. Mementingkan keluarga sebagai inti pembentukan setiap kebudayaan, sebagai mata rantai pencapaian perdamaian
8. SP berusaha menjalankan Gift economy
9. Sehingga kejahatan-pun tidak menemukan kesempatan untuk tumbuh
10. Inilah impian dan kehendak setiap orang, suatu era (utopia) persaudaraan besar.”
...