Tuesday, November 3, 2009

Persiapkan dirimu dengan baik.

Ada seorang Adik di “Benar-7” yang sedang sangat gundah. Harus berkelana jauh untuk nafkah, di perantauan jauh dari keluarga, sahabat dan Wadah Ketuhanan.
Kesendirian tidak selalu perlu menjadi masalah. Ia menjadi persoalan besar karena kehilangan tempat berbagi, berkeluh kesah dan tempat mencari bimbingan.
Ia merasa tersiksa, menjerit mengatakan: “Saya bagaikan menjadi berkepribadian ganda.Walau di satu sisi mengetahui apa yang baik, tetapi di sisi lain tidak mampu untuk mengikuti dan melakukan yang baik. Saya Tidak kuasa untuk meninggalkan pikiran burukku.”


Pendahulu, Buku Suci dan Wadah Ketuhanan.
Belasan tahun yang lalu, seorang senior mengatakan kepadaku, seorang yang membina diri mempunyai tiga hal yang tidak boleh ditinggalkan. Ketiganya merupakan ‘perlindungan’ yang baik: Pendahulu, Buku Suci dan Wadah Ketuhanan.

Sering sudah kita mendengar hal tersebut. Kita mengetahuinya. Mungkin itulah sebabnya kita Nien Cing, kita minum teh dan bersenda gurau bersama pendahulu, kita selalu ke fothang.

Namun miris rasanya melihat beberapa adik, tetap tidak berdaya, dipermainkan dan terseret ke sana kemari, tergulung oleh kerasnya ombak kehidupan yang tidak pandang bulu.
Mereka selalu sepenuh hati, bersemangat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan Wadah Ketuhanan, namun mengapa tetap sulit menghadapi kerasnya kehidupan. Adakah yang salah dengan Wadah Ketuhanan? Adakah yang salah dengan pembinaan diri? Jelas tidak.. Lalu dimana letak kesalahannya?

Ternyata kesalahannya adalah, walau kita akrab dengan pendahulu, kita tidak pernah menjadikannya teladan, tidak memperoleh inspirasi yang cukup dari mereka. Kita sering mengabaikan kesalahan kecil yang kita lakukan pada saat kesalahan tersebut masih mudah dibenahi, sampai akhirnya kesalahan tersebut telah menjadi persoalan yang akut dan sulit disembuhkan. Hanya sesudahnya kita mencari pendahulu, seakan pendahulu adalah dukun bagi segala persoalan.
Saat kepada kita ditunjukkan apa yang menjadi kesalahan kita, kita justru mangkir dan selanjutnya menghindar. Kita gagal menumbuhkan cukup rasa hormat agar dapat meminta bantuan pendahulu untuk membukakan kran potensi diri kita.

Ternyata kesalahannya adalah kita menghafal kitab suci tertentu. Padahal sebenarnya yang perlu kita lakukan adalah membacanya, merenungkannya, memahaminya, menghayatinya, selanjutnya menjalankannya dan menggunakannya sebagai panduan bagi kehidupan diri sendiri, dan juga orang lain.
Kesalahannya adalah karena Buku Suci tidak dipergunakan sepenuhnya menjadi nara sumber bagi proses pembelajaran, kisah perjalanan para suci gagal dipergunakan sebagai acuan dalam pencarian akan kebenaran.

Ternyata kesalahannya terletak kita yang terpanggil datang ke wadah Ketuhanan adalah karena kegiatannya “seru”. Sehingga walau terlibat dalam berbagai aktifitasnya, tetapi tidak terjadi kegiatan wadah Ketuhanan menjadi ‘sarana pemurnian diri’.
Aktifitas Wadah Ketuhanan seyogyanya tidak hanya mengasah kemampuan kita untuk mengatur dan mengkoordinasi kegiatan; Lebih penting lagi, kita meminjam berbagai kegiatan Ketuhanan untuk mengasah kepekaan, memperhalus kepribadian, mempertajam pengendalian diri, dan menegakkan kebajikan.

Sekolah, guru, kurikulum dan fasilitasnya semuanya boleh jadi bagus, tapi apakah kita sudah dan benar-benar belajar????
Kita gagal untuk menyadari ternyata ke-3 hal tersebut adalah hanya Pengawal/Pembina, Pelajaran dan fasilitas/sarana bagi pembinaan dan pengembangan diri, bukan pembinaan diri itu sendiri. Kualitas dan hasil pembinaan diri tetap saja sangat bergantung kepada masing-masing Individu.

IQ, EQ dan CQ/SQ

Kita jarang merenungkan tentang berbagai tantangan dan kesulitan di depan. Sehingga tidak heran bila kita tidak menyiapkan diri dengan baik untuk menghadapinya. Lupakan tentang membantu mempersiapkan adik-adik untuk menyongsong masa depan.

Hidup adalah bagaikan suatu permainan.
Hidup dapat saja menjadi menyenangkan, tetapi hanya bagi mereka yang paham akan peraturan dan berbagai karakteristiknya.
Tetapi akan bagaikan sebuah jebakan, sebuah pusaran lumpur, penjara bagi mereka yang tidak memahami ‘hidup’, yang tidak menguasai aturan umum yang ditetapkan ‘hidup’.
Hidup akan bersahabat dengan siapapun yang datang dengan persiapan dan tulus terhadapnya.
Tetapi akan menjadi musuh menakutkan bagi yang tidak perduli dan meremehkannya.

Andrew_Carnegie menyatakan hal ini tentang hidupnya:
Pergunakan 1/3 bagian pertama dari kehidupan untuk belajar apa saja, mempersiapkan segalanya untuk menghadapi kehidupan.
Pergunakan 1/3 bagian yang kedua untuk bekerja sekeras-kerasnya, mengumpulkan apa saja dari kehidupan.
Pergunakan 1/3 bagian terakhir dari kehidupan untuk memberikan, menyumbangkan, mendedikasikan segala yang telah dikumpulkan dalam kehidupan bagi kemudahan hidup orang lain.

Itu adalah bagi Carnegie. Miris terkadang melihat hidup sebagian orang, pada usia belia tidak belajar dan menyiapkan apa-apa, pada usia menengah tidak mampu mengumpulkan cukup banyak dari kehidupan, pada usia tua kemudian terseot-seot dan menjadi beban bagi kehidupan orang lain.

Jadi apa yang harus dipersiapkan?
Segalanya.
Mulai dari mempersiapkan pengetahuan, mempersiapkan kesehatan Jiwa dan Raga, memperbesar kapasitas hati, dan jangan abaikan kebugaran fisik.
Semuanya.

Saat kepada Nipun Mehta ditanyakan apa yang mengantarkan dirinya kepada apa yang telah ia capai. Nipun mengatakan
“Kombinasi manis dari IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient) dan CQ (Compassion Quotient) ”.
Kehadiran IQ membuat seseorang disebut cerdas
Saat ditambah dengan EQ membantu terwujudnya kebahagiaan
Tapi hanya dengan dilengkapi SQ/CQ dapat mengantarkan hidup menjadi bernilai.
Dan ketiganya sebenarnya dapat dipersiapkan.


Lebih banyak ttg iq, eq dan sq dapat dibaca di sini.


dari ketiganya SQ paling kurang dipahami, untuk secara kasar mengukur SQ mu silahkan coba ini

Sudahkah siapkah saya?
Sudahkah Anda????

.