Monday, June 28, 2010

Kaliurang

Hanya hampir 1 tahun sejak kunjungan yang terakhir ke Kaliurang, tapi sungguh banyak perubahan yang telah terjadi kepada kawasan ini.

Je’jamur’an.
Je’jamur’an adalah resto yang menawarkan menu dari bahan dasar berbagai jenis jamur, mulai dari jamur tiram, kancing, merang, kuping maupun shitake, yang diolah sedemikian rupa menjadi sate, tongseng, pepes, garang asem, dan banyak lainnya.
Dari Ring Road utara Jogja, kurang lebih 5 km pada jalan utama Jogja ke Muntilan, berbelok ke kanan dan masuk sejauh 800 m. Dari arah Jogja, reklame dan petunjuk menuju Resto Je’jamur’an ini akan dengan mudah ditemukan.
Pak Ratidjo memulai Jejamuran untuk membantu memperkenalkan jamur kepada masyarakat saat jamur belum diterima meluas. Kini Volva Indonesia, perusahaan Pak Ratidjo ditunjuk oleh Departemen Pertanian sebagai Pusat Pendidikan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S), dan rata-rata sehari menyuplai 3000 log jamur.
Je’jamur’an telah mengalami banyak perbaikan besar sejak kunjungan yang terakhir. Walau menu tetap belum banyak perubahan, namun perluasan dan renovasi, tempat parkir baru yang jauh lebih luas, penambahan live music, display jamur yang tumbuh baik di log maupun wadah container plastic: Je’jamur’an sungguh berhasil dan sangat menggugah. Sungguh banyak yang Kampoeng Kasih bisa pelajari dari sini.

Disaster Oasis

Beralamat di Jl. Kaliurang Km. 21,5, Yogyakarta, Disaster oasis merupakan pusat informasi dan studi tentang bencana, dikelola oleh YAKKUM (Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum).
“Disaster Oasis” menyediakan akomodasi dengan bangunan yang dirancang tahan gempa dan tsunami. Setiap cottage memiliki ciri arsitektur yang berbeda; ada yang bergaya Lombok, Timor, Nias, Aceh, dan juga Flores. Semua bangunan sederhana namun masih sangat terawat, berdinding kayu maupun bata ekspose saja.Walaupun menyediakan penginapan, Disaster Oasis lebih mengkhususkan diri pada Group Meeting, pelatihan, outbound, dan terutama adalah pelatihan dalam persiapan diri dalam menghadapi dan menanggulangi bencana.
Ada suatu ruangan yang sangat khusus di sini, yang berisi berbagai barang kerajinan dari berbagai pelosok Nusantara, juga diisi berbagai peralatan dan perlengkapan berkaitan dengan pertolongan terhadap bencana. Lebih menggugah lagi adalah foto-foto yang tergantung memenuhi ruangan. Foto-foto tersebut bertema keindahan Nusantara, dan ‘bekas-bekas luka’ yang ditinggalkan bencana dan perseteruan etnis/agama.
Saya belajar banyak, tentang pola pengelolaan dan fungsi yang akan diemban oleh Kampoeng kasih, tentang keterlibatan dan fungsi sosial institusi keagamaan. Dan membuatku merenung tentang bencana:


Tidak ada yang permanen, demikian juga dengan alam.
Beberapa perubahan besar pada alam akan menjadi bencana bagi kaum manusia.
Persiapan terbaik dalam menghadapi bencana adalah dengan menyiapkan Individu yang memahami hakekat kehidupan,
yang menguasai berbagai survival skill,
yang tegar untuk tetap dan segera bangkit kembali,
yang memiliki keindahan hati untuk selalu membantu yang lain.
Pertolongan terhadap bencana tidaklah semata tentang membangun kembali rumah yang hancur,
melainkan membangun kembali harapan dan semangat untuk hidup;
Pengobatan terhadap luka fisik tidaklah cukup, karena luka hati ternyata lebih dalam;
Bersamaan dengan membagi berbagai kebutuhan sehari-hari kepada korban,
jangan lupa mengajak mereka untuk menemukan sendiri kebutuhan mereka yang paling hakiki, yaitu kebutuhan akan keceriaan.
Hidup yang aman adalah hidup yang tidak mengingkari suara nuraninya.
Hati yang damai adalah hati yang tidak diisi dengan kebencian.


Amboja Resto dan Indmira



Yang terakhir, tapi pasti bukan yang kurang penting adalah Amboja Herb Garden Resto dan tanah pertanian organik sebesar kurang lebih 4 ha milik CV Indmira yang bersebelahan sedikit ke bawah dari resto.

Sangat berterima kasih kepada mas Bagyo dan rekan-rekan yang telah dengan ramah memperkenalkan.
Sangat tidak sabar menunggu kesempatan selanjutnya untuk belajar lebih banyak lagi.

Sesudah melihat Amboja dan Indmira, Jejamuran dan juga Disaster Oasis, sudah semakin jelas bentuk kampoeng Kasih kelak. Trims..

Saturday, June 26, 2010

Semangat berkibar

Ho ho ho
Pengabdian dalam kasih
hantar kita gapai mimpi.
Bangun hidup penuh arti
satu dunia satu hati.
Santun cerdas dedikasi
trus berkarya siapkan diri.
Songsong hari kemenangan
satu dunia satu hati.
Walking the path of love,
praising the Family Virtues
Lets rejoice this beautiful moment,
And together till the end of the day.
Semuanya saat dewasa semakin kuat
aku semangat bagaikan bendera
saat dewasa semakin kuat
bersinar terang bagaikan lentera
semangat berkibar lentera bersinar
Tan yen jen cien yiu ai
Kan en yiu li fong sin se hai
kuo thai ming an se se wu cai
thien sia I cia he phing tao lai.

Ayolah berkarya,
dibawah kasih Ilahi
Bersatu dalam pembinaan,
menyongsong era Maitreya

Sunday, June 13, 2010

Karya

Yang bekerja menggunakan tangan adalah buruh.
Yang bekerja menyatukan pikiran dan tangan adalah tukang.
Yang menambahkan hati saat bekerja dengan pikiran dan tangan adalah artis.
-St. Francis of Assisi-

Menguasai ketrampilan tertentu membuat seseorang menjadi tenaga ahli.
Menguasai ketrampilan yang spesial, yang tidak mampu ditiru orang lain, yang menjadi "nilai tambah", akan memastikan sebuah 'kedudukan' yang tak tergantikan.
Menguasai kemampuan mengorganisir berbagai sumber daya untuk mengusung "nilai tambah" yang telah dikuasai baru memungkinkan mewujudkan sebuah institusi bisnis.

Bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup disebut nafkah.
Bekerja untuk manfaat semua pihak lain disebut relawan.
Bekerja yang membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan manfaat bagi semua yang lain disebut karya.

Ber'karya' dengan tenaga dan kekuatan tubuh, akan berbuah kesehatan.
Ber'karya' dengan budi dan kekuatan kebajikan, akan berbuah kedekatan dengan semua yang bersinggungan dengan hidup kita.
Ber'karya' dengan imajinasi dan kreativitas, dengan gairah dan keteguhan, dengan kejelian dan keperdulian....., akan berbuah hidup yang PENUH

..