Tuesday, August 25, 2009

Saya sudah terbiasa tiwul

Demikianlah pernah saya dengar cerita,
tentang sepasang kakak adik yang saling sayang, saling peduli.


Si Adik, berpendidikan lumayan tinggi, dan kini tinggal di kota besar,
bekerja sebagai tangan kanan dari seorang juragan kaya raya,
hidup berkecukupan dari kerja yang ringan.

Si Adik memikirkan kakaknya yang masih tinggal di desa,
yang telah bekerja keras hanya untuk memungkinkannya mengecap pendidikan,
Si Adik berharap Sang Kakak mau pindah ke kota,
akan dia usahakan sebuah pekerjaan yang sangat layak dan menjanjikan.

Pulanglah si Adik ke desa menemui Kakaknya berusaha meyakinkan, :
"Kak...., ikutlah bersamaku, untuk tinggal di kota,
dengan koneksi dan kedudukan saya sekarang,
Kakak bisa memilih pekerjaan apa yang sesuai, yang lebih ringan, yang lebih menjanjikan.
Asalkan punya pekerjaan tetap, sisanya bisa dibeli dengan uang yang dihasilkan.
Di kota kehidupannya sangat sibuk, tapi yang dihasilkan setimpal dengan waktu yang dikorbankan.
Walau sementara tidak sering bertemu keluarga, tapi bila satu saat nanti pensiun kan semuanya menjadi serba mudah.
Memang saya sendiri juga masih ada Boss,
tapi asal pintar menyenangkan dirinya,
Kakak tidak perlu lagi makan nasi tiwul seperti sekarang."


Si Kakak tidak langsung menjawab,
sorot matanya memandang jauh,
seolah mencari penjelasan yang mudah dipahami bagi adiknya, :
"Semua pekerjaan adalah sederajat,
tanpa ada kita yang bertani, apa yang harus dimakan oleh orang kota?
Memang di sini jarang pegang uang,
kan alam sudah berbaik hati menyediakan berbagai keperluan sehari-hari.
Iya, bertani adalah pekerjaan berat,
tapi ada hasil lain selain uang dalam bentuk kesehatan, kekuatan, dan kedekatan dengan alam.
Saya harus ketemu setiap hari dengan keluarga,
bercengkerama dan saling berbagi cerita,
saya tidak bisa menunggu sampai tua untuk melakukannya.
Dik....., saya sudah terbiasa makan nasi tiwul,
rasanya saya tidak perlu lagi meremehkan diri hanya untuk menyenang-nyenangkan majikan."


Bersinarlah .. seterang-terangnya


There isn´t enough darkness in all the world to snuff out the light of one little candle.
Gautama Siddharta, 563-483 B.C.

Lilin selalu mampu menambahkan sentuhan khusus pada setiap rumah,
memberikan keistimewaan kepada setiap suasana, setiap momen.
Lilin adalah simbol harapan, adalah kemenangan,
karena kegelapan yang paling pekatpun tak berdaya menghadapi terang lilin yang terkecil.
.
Tanpa dinyalakan-pun, lilin telah membuat suatu ruang terlihat elegan,
Saat ditata berkelompok, lilin dapat menjadi titik pusat perhatian.
Begitu dinyalakan, lilin menciptakan nuansa, mempersembahkan kehangatan, membentuk kebersamaan dan kemesraan.
Lilin yang ber-wewangian mengurangi stress dan membantu relaksasi.

Sebuah lilin yang baik perlu dapat dibakar lama dan dibakar hingga habis,
nyalanya konstan karena sumbunya tidak rebah dan tepat di tengah sehingga tidak membakar satu sisi.
Sebuah lilin menjadi spesial bila saat dibakar tidak mengakibatkan asap yang mengganggu,
dan tidak akan meluber dan mengotori sekitarnya.
Lilin yang sempurna, menjadi bagai suar, yang tetap bertahan walau ditengah topan badai,
nyalanya fokus, dan terangnya diarahkan untuk membantu memberi petunjuk.


Kualitas LILIN, ditentukan dari 3 hal berikut:
Pertama, apakah Lilin dibuat dari bahan dasar yang terbaik, yang murni,
Kedua, apakah sumbu lilin terbuat dari bahan yang baik, yang terpasang tegak, tepat di tengah, tersambung hingga ke dasar lilin.
Ketiga, adalah tentang kualitas manfaat dari Lilin.
Banyak orang mengumpamakan diri agar meneladani lilin, yang membakar diri untuk menerangi yang lain. Jika memang ingin meneladani lilin, teladanilah lilin yang berkualitas baik.
....
2500-an tahun yang lalu, seorang Maha Guru telah merenungkan, menyadari dan kemudian mengajarkan bahwa:
1. Hidup adalah kesementaraan, penuh dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, dan tidak ada apapun yang kekal untuk bisa dipertahankan.
2. Sumber dari semua hal yang tidak menyenangkan adalah karena ego diri, yang mengambil bentuk sebagai keserakahan, kebencian dan kebodohan.
3. Namun sebenarnya kesulitan dan penderitaan dapat dipahami dan ditaklukkan, dapat dikalahkan.
4. Dengan berlatih dalam 3 kelompok pembelajaran yang dilakukan secara paralel bersamaan:
I. Sila (Pemurnian perbuatan, ucapan dan mata pencaharian),
II. Samadhi (berlatih fokus, kepekaan dan upaya) dan
III. Prajna (Pemahaman yang menyeluruh dan pemikiran yang positif).
.
Demikianlah seyogyanya kita terus berlatih,
meningkatkan tiga kualitas Prajna, Sila dan samadhi,
agar hidup dan raga ini berharga maksimal,
agar Lilin diri ini bisa bersinar seterang-terangnya.
.
===@@@===
PRAJNA,
Mengasah perspektif yang sangat jelas dalam memandang dan memahami kehidupan dengan segala karakteristiknya;
Pemahaman yang menyeluruh akan 4 kensunyataan mulia: Dukkha, penyebab-Dukkha, berakhirnya Dukkha dan jalan untuk mengakhiri Dukkha.
Menjadi terlatih dalam metodologi '4 langkah' perbaikan kehidupan:

Mengembangkan kehendak untuk melepaskan diri dari keserakahan dan berbagai bentuk kemelekatan; kehendak baik yang mampu mengalahkan kemarahan dan kehendak positif untuk selalu menemukan solusi bersama; kehendak untuk mengembangkan hati welas kasih, untuk selalu menghindari kekerasan & pengekspoitasian, untuk terus menuju keharmonisan dan perdamaian.

.
.
SILA,
Dengan memurnikan perbuatan, dengan menghindari pembunuhan, pencurian, dan hubungan seksual yang tidak bertanggung jawab.
.
Dengan memurnikan ucapan, tidak mengucapkan kebohongan, kata-kata yang tajam menyakiti, yang mengadu domba dan menyebar fitnah, tidak terlibat dalam pembicaraan yang tidak membawa manfaat.
Pastikan setiap ucapan merupakan sesuatu yang benar, halus membawa ketenangan, membawa keakuran-keharmonisan dan membawa manfaat.
.
Dengan berpenghidupan benar, hidup dari sumber-sumber yang tidak merusak, bermata pencaharian yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain, juga tidak merusak habitat dan lingkungan hidup.
Pastikan agar yang menjadi sumber kehidupan kita menciptakan 'nilai tambah' yang nyata.
Sebisa mungkin, sumber nafkah kita adalah sejalan dengan kegemaran dan menyatu dengan keseharian keluarga.
Akan sangat luar biasa bila sumber nafkah bukan lagi disebut 'kerja', tetapi telah menjadi 'Karya', yang membawa manfaat bagi masyarakat, baik di bidang pendidikan, kesehatan, penyuluhan, pelestarian, riset dan pengembangan.
.
.
SAMADHI,
Untuk selalu berupaya secara positif.
Melanjutkan dan belajar apapun yang baik;
Merubah dan menghindari apapun yang buruk,
.
Untuk memiliki kesadaran, melatih keperdulian, peka terhadap berbagai fenomena yang ditemui, terhadap raga, persepsi maupun perasaan diri sendiri.
.
Untuk melatih konsentrasi, fokus, secara bertahap semakin mencapai puncak pencapaian.
.
@@
===@ @ @===
@@
Walau terkadang mentari tua telah lelah berpijar, berkerut kusut tiada berseri;
dan bulan nan genit enggan tersenyum, tersendat merayap dalam kegelapan.
Namun Lilin-lilin kecil belumlah mampu tuk berpijak tegak,
belum bisa memberi seberkas cahaya dan menyengat dunia.
.
.
Belum tiba saatnya untuk berhenti berpijar,
Mohon lanjutkan berikan senyummu.
Lanjutkan menginspirasi Lilin-lilin kecil
untuk Bersinar,... seterang-terangnya
...
.

Sunday, August 16, 2009

Wish You have a beautiful sunset, ....every single day.


Pada bulan Agustus, angin di danau toba selalu bertiup kencang setiap sore.
Suara gembira anak-anak yang bermain gendong-gendongan di tepian pantai danau, terselip di tengah ‘debuman’ ombak memukul pantai.
Di bagian lain dari pantai yang tidak panjang, ada anak penyewaan perahu yang mengumpulkan kembali ban sambil menyanyi-kan: “Tak gendong,…. kemana-mana.” Entah dia tahu atau tidak tentang telah berpulangnya Mbah Surip tadi pagi.
Sekelompok burung terbang beriringan, menyeberangi danau untuk kembali ke tempat peristirahatannya.
Dan azan magrib mulai berkumandang di kejauhan,
Sungguh indah, untuk dapat duduk di teras hotel, mengagumi keagungan suasana ini, sambil mengikuti matahari yang hampir terbenam.

Matahari terbenam, selalu merupakan momen istimewa,
walau tidak banyak yang beruntung untuk dapat menikmatinya.
Ada yang terlalu sibuk, tidak dapat meninggalkan pekerjaannya untuk menyaksikan satu.
Ada pula yang setiap hari menyaksikan satu, tapi tidak menikmatinya.

Saya sendiri beruntung dapat meluangkan waktu, paling tidak sore tadi berkesempatan untuk menyaksikan satu.
Mudah untuk larut dalam keagungan suasana ini, terutama bila melewatkannya bersama dengan orang yang mempunyai tempat khusus di hati.
Ini pertemuan kami yang pertama sesudah 10 tahun.
Pertemuan 10 tahun lalu terjadi sesudah 5 tahun.
Berbahagia,
segalanya menjadi 'mudah-jelas-jujur-transparan' bila Anda tengah bersama dengan Ia, yang bersamanya bisa saling memahami dan saling menerima sebagaimana apa adanya.
Seluruhnya menjadi indah bila Anda bersama Ia, yang saling mengutamakan kebahagiaan yang lain, yang telah menikmati kebahagiaan yang lain sebagai kebahagiaan sendiri..
Semuanya menjadi baik dan membawa faedah bila bersama Ia yang dapat saling berbagi mimpi dan harapan ke depan, yang bersama mampu melihat masa lalu sebagai proses dan pengalaman, yang hanya bisa meninggalkan kenangan indah.
Semoga kami tidak baru bertemu kembali sesudah 20 tahun.


Sungguh sebenarnya, Yang Maha Kasih telah mengaruniai kami dan juga setiap insan dengan berlimpah.
Dan tentu saja karunia tidak diberikan hanya untuk satu hari ini...

Keagungan matahari yang akan terbenam tidak hanya ada pada sore yang spesial.
Karena setiap hari ada matahari, dan setiap sore matahari terbenam.

Hubungan yang istimewa sebenarnya juga tidak hanya ada satu, dua atau tiga.
Karena hubungan adalah dari hati ke hati, dan setiap hati pada dasarnya adalah indah, dan selalu bisa terus diperindah.

===&&&===

Pada hari-hari selanjutnya, sesibuk-sibuknya kita, semoga lebih sering menyempatkan diri menyaksikan matahari yang tengah terbenam.
Segalau-galaunya hati, semoga tetap dapat tenangkan diri untuk Carpe diem!!!! , Seize the day!!!!
Lakukan yang terbaik pada hari ini. Kejarlah yang menjadi hasrat dan panggilan hatimu.
Karena hari esok adalah tidak nyata,
Karena saat membuka mata, bangun dari tidur di pagi hari, ternyata keadaan kemarin sebenarnya tidak seburuk yang ditakutkan sebelumnya.

Orang bijak mengingatkan: "Pada akhir perjalanan, kita tidak akan dihantui kesalahan-kesalahan konyol yang kita lakukan. Tetapi kita akan tiada henti menyesali hal-hal yang seharusnya kita lakukan, tetapi tidak dilakukan."


===&&&===

"Jodoh" adalah sesuatu yang tidak mudah untuk dipahami.
Tidak pernah terbayang sebelumnya, harga dan konsekwensi yang harus dibayar oleh sebuah pilihan..
'Hanya 2 pertemuan dalam 15 tahun' memang terdengar mahal menakutkan.
Tentu 15 tahun yang lalu saya tidak menyadarinya akan se'mahal' ini,..
Untunglah, sesuatu yang dibayar mahal biasanya berkualitas tinggi, dan bermakna dalam.

Kini, merenungkan pilihan ini saya menyadari:
Setiap keputusan mempunyai harga dan konsekwensi.
Ia mengakibatkan tertutupnya berbagai pintu, tetapi juga membuka pintu lain yang berbeda.
Ia membawa pergi kegembiraan dari pertemuan tapi juga membawa pergi kegetiran dari perpisahan.
Ia menghilangkan kemapanan dan kepastian dari pilihan yang lama, tetapi menawarkan kesempatan untuk memperbaiki diri dan kebebasan untuk memulai dari awal pada pilihan yang baru.

Dalam hidup....
saat kita telah mengambil sesuatu, tangan kita tidak bisa mengambil banyak yang lain.
sebaliknya saat kehilangan sesuatu banyak yang lain kita temukan.
saat telah memilih satu jalan, kita kehilangan banyak kegembiraan yang dapat ditemui di jalan yang lain.
namun saat bertemu kebuntuan, sebenarnya banyak pintu yang lain akan terbuka dengan sendirinya.

Hidup telah banyak mendidik dan membentuk saya:
Dulu saya memutuskan apa yang saya anggap baik, memilih jalan yang dianggap terbaik;
Kini, saya memahami bahwa sesudah menentukan sebuah pilihan, nikmatilah. cherish it.
Walau ternyata, yang terbaik tidak perlu dan tidak selalu ada dalam daftar pilihan kita.
Saya belajar untuk tidak perlu terluka saat kehilangan apa yang telah saya pilih.
Saya juga belajar untuk memperbaiki setiap kekurangan dalam apa yang telah saya pilih.

Kini, saya menyadari banyak jalan yang lain yang sebenarnya tidak kalah mulia dari pilihanku,
namun apapun jalan yang telah dipilih dan akan dipilih, saya tetap travel through it fully,
karena tetap akan ada banyak hal menarik yang dapat ditemui di tengah perjalanan.
Saya telah memahami bahwa tidak ada jalan yang terbaik,
karena yang penting adalah Hati ia yang akan melewati jalan tersebut.
Hidup ternyata adalah guru luar biasa.
Namun banyak diantara yang diajarkan ternyata adalah pelajaran yang menyakitkan.
Celakanya, pelajaran menyakitkan tersebut justru pelajaran yang terpenting, pelajaran menyakitkan mempertajam pemahaman, mengasah kesabaran dan mengikis kesombongan.
Demikianlah yang diajarkan pilihan ini kepada diriku.

Dan bukankah dirimu juga telah menentukan pilihan, yang ternyata mengajarkan sangat banyak, seperti yang telah dibagi kepada-ku:
Pilihan yang membawamu tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi telah mengantarkan dirimu ke tengah peradaban berbeda, yang tua, yang tidak kalah luhur, ditaburi berbagai nilai kebajikan, tinggal di tengah masyarakat dengan pemahaman yang telah lebih maju.
Pilihan yang telah membentukmu menjadi semakin tegar dan mandiri.
Pilihanmu menatapku menantang, yang membuatku kerdil berkata lirih, "saya belum tentu sanggup."

2 pertemuan walau sedikit, bila dapat dipastikan berkualitas, bukankah menyenangkan..
20,000 pertemuan jelas banyak tetapi bila tidak berkualitas lalu apa gunanya?

===&&&===

'Menempatkan seseorang di hati', bagi orang kebanyakan bermakna dan ber'implikasi' ganda,
1. seseorang tersebut sangat kita cintai sehingga harus dimiliki atau
2. seseorang tersebut sangat dibenci sehingga harus dienyahkan sejauh mungkin.
Baik 'memiliki' maupun 'mengenyahkan', dua-duanya hanya akan berakhir dengan sakit dalam hati.

Kamu sesuai dengan kriteria keinginanku, kamu harus menjadi milikku.
Jika tidak berhasil memiliki, saya akan merasa sangat sakit.
Jika telah memiliki tetapi ternyata kamu tidak sesuai dengan harapan awalku atau tidak melakukan keinginanku, saya pun akan merasa sangat sakit.

Kamu menentang kehendak dan pandanganku, kamu harus dienyahkan.
Jika tidak berhasil dienyahkan, saya akan merasa sakit.
walau telah dienyahkan, tetapi ternyata kamu tetap lebih disukai, diterima dan lebih baik dari saya, menjadi-jadilah sakitnya.

Beruntung manusia adalah bebas dan boleh mencari opsi pilihan lainnya....
dan hati bisa dilatih untuk menjalaninya.
Sebuah opsi yang mementingkan saling memahami, saling pengertian, saling menerima dan saling menyanyangi.
Sebuah opsi yang dibangun di atas kejujuran dan keberanian untuk menghadapi diri sendiri: kepekaan, keperdulian dan kasih terhadap dia/orang lain; dan kematangan-kedewasaan untuk menyeimbangkannya.
Sebuah opsi yang tidak perlu memaksakan 'memiliki'. Sebuah opsi yang memungkinkan untuk mengutamakan kebahagiaan dia melebihi pentingnya kebahagiaan diri sendiri. Sebuah hati yang terlatih untuk berbahagia saat melihat kebahagiaan dia/orang lain.
Sebuah opsi yang bisa menyatukan mimpi dan harapan, merajut masa depan bersama.
Sebuah opsi yang tidak pernah menjadikan masa lalu sebagai beban, sebaliknya masa lalu selalu menjadi sumber kekuatan.
Semoga semakin banyak 'hubungan' dibangun dengan fondasi yang benar.
Semoga kasih dipahami dan direnungkan dengan benar, sehingga terbebas dari rasa sakit.
Semoga 'hubungan' tidak hanya terjalin dengan satu orang yang dicintai, tetapi bisa dengan jauh lebih banyak yang lain, dengan khalayak yang semakin hari semakin luas.
Semoga disadari , ternyata selalu ada tempat kosong dalam hati.

===&&&===
Saya bermimpi tentang sebuah tempat,
di mana setiap sore ada matahari terbenam untuk disyukuri,
dan selalu ada waktu untuk mensyukurinya.

Saya bermimpi tentang sebuah tempat,
di mana suara jeritan anak bermain didengarkan sebagai hiburan,
hembusan angin dan dentuman ombak merupakan musik alam.

Saya bermimpi tentang sebuah tempat,
di mana ketidak-abadian dapat dipahami sebagai karakteristik umum kehidupan..
dan kematian dihadapi dengan tanpa beban.
Saya bermimpi tentang sebuah tempat,
dimana semua makhluk mempunyai tempat istirahat yang layak,
yang menjadi sebuah shelter untuk berteduh dan sebuah pelabuhan untuk kembali.
Sebuah tempat dimana Azan, beduk, genta, dan lonceng dipahami tanpa perbedaan sebagai suara panggilan ilahi, sebagai suara panggilan yang paling indah.

Saya bermimpi tentang sebuah tempat, dimana semua yang tinggal di sana selalu saling mengasihi.
"Wish You Have A Beautiful Sunset"
4 Agustus 2009

Monday, August 10, 2009

The Paradox of Our Times

Saya bermimpi tentang sebuah tempat,
yang tidak mempunyai bangunan tinggi dan jalan menuju ke sana sempit
rumah-rumahnya kecil sederhana, dan merupakan
pilihan yang disengaja

yang tinggal di sana berasal dari segala latar belakang,
semuanya saling menerima, perbedaan latar belakang dipahami sebagai kekayaan dan
ke'bhinneka'-an.
saling menghargai, saling mendukung, disatukan oleh pemahaman dan nilai.

Tidak suka berbelanja, sebagian besar kebutuhan
dihasilkan sendiri,
selalu punya lebih untuk
diberikan pada yang memerlukan.
Tidak perlu memiliki banyak, tetap bisa menikmati nyaris semua yang terlihat.

Walau tidak pernah malas, hanya bekerja seperlunya,
tidak pernah membayar untuk kegembiraan, selalu bermain sepuasnya,
terpencil tapi tidak tertinggal, tetap bisa belajar segala-galanya.

Persahabatan bukan hanya dengan sesama manusia,

tanah, hewan, hutan dan gunung adalah kesatuan yang tak terpisahkan.
Tak kuasa mendamaikan dunia, paling tidak bisa mendamaikan hati dan komunitas.
Dipisahkan oleh jarak, hubungan tetap terjalin dengan komunitas lainnya.

Setiap hari berkarya, setiap hari belajar, setiap hari adalah liburan.
Setiap hari mengasihi, setiap hari kontemplasi, setiap hari adalah pembinaan diri.

Tempat yang mengagungkan rasa terimakasih kepada dunia,
yang bersumbangsih melalui kesenian, kerajinan dan keramahan.
dan sebagai persembahannya yang terbesar adalah
sebuah generasi baru yang bermoral tinggi, intelek,
cakap dalam hubungan antar manusia,
tekun - terampil, dan berdedikasi.
Jelas bukan generasi yang hanya cocok untuk dijadikan 'mannequin'




THE PARADOX OF OUR TIMES
Is that we have taller buildings, but shorter tempers
Wider freeways, but narrower viewpoints

We spend more, but we have less.
We have bigger houses, but smaller families
More conveniences, but less time.

We have more degrees, but less sense
More knowledge, but less judgement
More experts, but more problems
More medicines, but less wellness.

We have multiplied our possessions, but reduced our values.
We talk too much, love too seldom, and hate too often
We have learnt how to make a living, but not a life.
We have added years to life, but not life to years.
We've been all the way to the moon and back
But have trouble crossing the street to meet the new neighbour.
We have conquered outer space, but not inner space.
We've cleaned up the air, but polluted our soul.
We've split the atom, but not our prejudice.
We've higher incomes, but lower morals.
We've become long on quantity but short on quality.

These are the times of tall men, and short character;
Steep profits, and shallow relationships.
These are the times of world peace, but domestic warfare,
More leisure, but less fun; more kinds of food, but less nutrition.

These are the days of
two incomes, but more divorces;
Of fancier houses, but broken hom
es.
It is a time when there is much in the show window, and nothing in the stockroom.

A time when technology can bring this letter to you,
And a time when you can choose,
Either to make a difference .... or just hit, delete.




KEJANGGALAN YANG TERJADI DI ZAMAN KITA
adalah kita mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, namun emosi kita demikian pendek.

Jalan bebas hambatan yang sangat lebar, namun pandangan yang sempit.

Kita banyak membelanjakan, tetapi tetap saja memiliki sedikit
Kita mempunyai rumah yang besar, tetapi keluarga kecil
Banyak kemudahan, namun sedikit waktu (untuk menikmatinya)

Kita punya lebih banyak gelar, tapi sedikit nurani
Lebih banyak pengetahuan, tapi sedikit naluri (untuk) memutuskan
Banyak ahli, tetap lebih banyak lagi permasalahan
Demikian banyak obat, tetapi sedikit kesehatan.

Kita telah menggandakan kepemilikan kita, tetapi telah mengorbankan nilai-nilai hidup kita.
Kita terlalu banyak berbicara, tidak cukup saling mencintai, malah terlalu sering membenci.
Kita telah belajar untuk menafkahi hidup, tapi tidak membentuk kehidupan.
Kita telah menambah jumlah tahun hidup, tapi tidak menambah hidup ke tahun-tahun kita.
Kita telah mampu pulang pergi ke bulan, tapi masih mengalami kesulitan menyeberang jalan untuk menemui tetangga baru.
Kita menaklukkan alam luar angkasa, tapi tak berdaya menguasai ruang hati sendiri.
Kita hanya berusaha membersihkan udara, tapi tetap mengotori jiwa.
Kita telah mampu memecah atom, tapi tak berdaya memecah buruk sangka diri sendiri.
Kita mempunyai pendapatan yang tinggi, namun moral yang rendah.
Secara kuantitatif kita makin banyak. secara kualitatif kita berkurang.

Inilah zamannya dimana orangnya tinggi tetapi karakternya rendah;
Dengan keuntungan terjal menjulang, dan hubungan yang dangkal.

Inilah zaman orang-orang berteriak mencari perdamaian dunia, namun membiarkan perang domestik terjadi di sekitarnya.
Demikian banyak tempat berfoya-foya, namun tidak memberi kegembiraan yang benar.
Dengan makanan yang semakin beragam, namun semuanya sampah.

Inilah saatnya orang mempunyai dua sumber pendapatan, tetapi berakhir dengan perceraian;
Rumah-rumah yang indah namun keluarga berantakan.

Inlah era dimana barang terlihat banyak di etalase, tapi tak ada yang tersisa di gudang.

Ketika teknologi dapat mengirim surat ini kehadapanmu, Dan Anda bebas untuk memilih, Apakah akan menciptakan perubahan... atau tidak menghiraukannya dan menekan 'Del'

dan semoga melalui 'setiap' tempat Somm Place nanti,
perubahan terjadi......






jika membutuhkannya dalam bentuk slideshow, silahkan di 'Paradox of our times'
atau dalam mandarin di Chinese -Paradox-of-Our-Times