Monday, August 10, 2009

The Paradox of Our Times

Saya bermimpi tentang sebuah tempat,
yang tidak mempunyai bangunan tinggi dan jalan menuju ke sana sempit
rumah-rumahnya kecil sederhana, dan merupakan
pilihan yang disengaja

yang tinggal di sana berasal dari segala latar belakang,
semuanya saling menerima, perbedaan latar belakang dipahami sebagai kekayaan dan
ke'bhinneka'-an.
saling menghargai, saling mendukung, disatukan oleh pemahaman dan nilai.

Tidak suka berbelanja, sebagian besar kebutuhan
dihasilkan sendiri,
selalu punya lebih untuk
diberikan pada yang memerlukan.
Tidak perlu memiliki banyak, tetap bisa menikmati nyaris semua yang terlihat.

Walau tidak pernah malas, hanya bekerja seperlunya,
tidak pernah membayar untuk kegembiraan, selalu bermain sepuasnya,
terpencil tapi tidak tertinggal, tetap bisa belajar segala-galanya.

Persahabatan bukan hanya dengan sesama manusia,

tanah, hewan, hutan dan gunung adalah kesatuan yang tak terpisahkan.
Tak kuasa mendamaikan dunia, paling tidak bisa mendamaikan hati dan komunitas.
Dipisahkan oleh jarak, hubungan tetap terjalin dengan komunitas lainnya.

Setiap hari berkarya, setiap hari belajar, setiap hari adalah liburan.
Setiap hari mengasihi, setiap hari kontemplasi, setiap hari adalah pembinaan diri.

Tempat yang mengagungkan rasa terimakasih kepada dunia,
yang bersumbangsih melalui kesenian, kerajinan dan keramahan.
dan sebagai persembahannya yang terbesar adalah
sebuah generasi baru yang bermoral tinggi, intelek,
cakap dalam hubungan antar manusia,
tekun - terampil, dan berdedikasi.
Jelas bukan generasi yang hanya cocok untuk dijadikan 'mannequin'




THE PARADOX OF OUR TIMES
Is that we have taller buildings, but shorter tempers
Wider freeways, but narrower viewpoints

We spend more, but we have less.
We have bigger houses, but smaller families
More conveniences, but less time.

We have more degrees, but less sense
More knowledge, but less judgement
More experts, but more problems
More medicines, but less wellness.

We have multiplied our possessions, but reduced our values.
We talk too much, love too seldom, and hate too often
We have learnt how to make a living, but not a life.
We have added years to life, but not life to years.
We've been all the way to the moon and back
But have trouble crossing the street to meet the new neighbour.
We have conquered outer space, but not inner space.
We've cleaned up the air, but polluted our soul.
We've split the atom, but not our prejudice.
We've higher incomes, but lower morals.
We've become long on quantity but short on quality.

These are the times of tall men, and short character;
Steep profits, and shallow relationships.
These are the times of world peace, but domestic warfare,
More leisure, but less fun; more kinds of food, but less nutrition.

These are the days of
two incomes, but more divorces;
Of fancier houses, but broken hom
es.
It is a time when there is much in the show window, and nothing in the stockroom.

A time when technology can bring this letter to you,
And a time when you can choose,
Either to make a difference .... or just hit, delete.




KEJANGGALAN YANG TERJADI DI ZAMAN KITA
adalah kita mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, namun emosi kita demikian pendek.

Jalan bebas hambatan yang sangat lebar, namun pandangan yang sempit.

Kita banyak membelanjakan, tetapi tetap saja memiliki sedikit
Kita mempunyai rumah yang besar, tetapi keluarga kecil
Banyak kemudahan, namun sedikit waktu (untuk menikmatinya)

Kita punya lebih banyak gelar, tapi sedikit nurani
Lebih banyak pengetahuan, tapi sedikit naluri (untuk) memutuskan
Banyak ahli, tetap lebih banyak lagi permasalahan
Demikian banyak obat, tetapi sedikit kesehatan.

Kita telah menggandakan kepemilikan kita, tetapi telah mengorbankan nilai-nilai hidup kita.
Kita terlalu banyak berbicara, tidak cukup saling mencintai, malah terlalu sering membenci.
Kita telah belajar untuk menafkahi hidup, tapi tidak membentuk kehidupan.
Kita telah menambah jumlah tahun hidup, tapi tidak menambah hidup ke tahun-tahun kita.
Kita telah mampu pulang pergi ke bulan, tapi masih mengalami kesulitan menyeberang jalan untuk menemui tetangga baru.
Kita menaklukkan alam luar angkasa, tapi tak berdaya menguasai ruang hati sendiri.
Kita hanya berusaha membersihkan udara, tapi tetap mengotori jiwa.
Kita telah mampu memecah atom, tapi tak berdaya memecah buruk sangka diri sendiri.
Kita mempunyai pendapatan yang tinggi, namun moral yang rendah.
Secara kuantitatif kita makin banyak. secara kualitatif kita berkurang.

Inilah zamannya dimana orangnya tinggi tetapi karakternya rendah;
Dengan keuntungan terjal menjulang, dan hubungan yang dangkal.

Inilah zaman orang-orang berteriak mencari perdamaian dunia, namun membiarkan perang domestik terjadi di sekitarnya.
Demikian banyak tempat berfoya-foya, namun tidak memberi kegembiraan yang benar.
Dengan makanan yang semakin beragam, namun semuanya sampah.

Inilah saatnya orang mempunyai dua sumber pendapatan, tetapi berakhir dengan perceraian;
Rumah-rumah yang indah namun keluarga berantakan.

Inlah era dimana barang terlihat banyak di etalase, tapi tak ada yang tersisa di gudang.

Ketika teknologi dapat mengirim surat ini kehadapanmu, Dan Anda bebas untuk memilih, Apakah akan menciptakan perubahan... atau tidak menghiraukannya dan menekan 'Del'

dan semoga melalui 'setiap' tempat Somm Place nanti,
perubahan terjadi......






jika membutuhkannya dalam bentuk slideshow, silahkan di 'Paradox of our times'
atau dalam mandarin di Chinese -Paradox-of-Our-Times

1 comment:

Anonymous said...

nice dream sir. i wish the dream become true... :)