Sunday, July 12, 2009

Good, Beauty and True



Kebaikan, keindahan dan keaslian
ada di dalam diri kita


Berikut adalah rangkuman dari “Kebaikan (good), keindahan(beauty) dan keaslian (true) ada di dalam diri kita”, sebuah pembicaraan yang diberikan oleh Thich Nhat Hanh 20 Nov 1997 di New Hamlet:

Antoine de Saint Exupéry mengatakan, saling mencintai tidaklah (hanya)berarti duduk salaing berhadapan dan saling memperhatikan, tetapi lebih bermakna melihat ke jurusan yang sama.

Saat mengatakan saling mencintai, (pada kita2 orang kebanyakan) yang lebih sering terjadi adalah kita saling mengamati (lebih parah dari saling memperhatikan : ptjmah). Karena kita setiap orang ada kekurangan, kebutuhan dan keinginan. Kita menginginkan keindahan, kita haus akan keindahan. Kita menghormati dan mencari keaslian, kita haus akan keaslian. Kita juga haus akan ketulusan. Jadi kita terus mencari sesuatu yang suci, yang cantik, yang baik dan menyeluruh. Jika mendapatkannya, kita menganggap kita tidak akan lagi berkurangan, kita juga merasa tidak lagi kesepian, padahal ini jelas cara yang salah.

Kita berusaha mencari keindahan, kebaikan dan keaslian, kita mencarinya pada diri orang lain, dan kita menganggap jarang ada orang yang memilikinya. Tetapi kita mempunyai persepsi yang salah, sehingga apa yang tadinya kita anggap benar-benar indah ternyata bukan benar-benar keindahan. Yang kita anggap asli kemudian kita sadari tidak asli. Yang kita anggap baik juga tidak benar-benar baik. Karena cinta kita dibangun dengan fondasi persepsi yang salah, setelah satu kurun waktu, kita akan mulai rubuh. Karena dia ternyata tidak bias mewakili keindahan, kebaikan dan keaslian yang kita cari. Lebih buruknya adalah kita merasa ditipu, sehingga kita menderita. Kita pun merasa perlu segera beralih mencari objek pengganti.

Kebanyakan dari kita pada awalnya merasa kita kekurangan sesuatu, merasa kita hanya separuh manusia. Dan kita mencari kemana-mana belahan lain tersebut. Kita bagaikan sendok yang belum bertemu garpu, Kita terus mencari garpu, si belahan lain diri kita. Namun bila kita renungkan mendalam, ternyata perasaan kekurangan ini adalah persepsi yang salah. Kita dihinggapi ‘penyakit-berkekurangan’, bahwa keindahan, kebaikan dan keaslian tidak ada (lengkap) dalam diri kita. Ini penyakit yang parah. Kita telah mempersepsikan diri sebagai tidak cukup bernilai. Tidak ada keaslian, keindahan dan kebaikan dalam diri kita. Jadi tidak beralasan untuk percaya diri. Kita tidak mengungkapkannya keluar, namun demikian kita menganggapnya.

Namun kita sangat ingin melakukan sesuatu untuk memilikinya, dan kita ‘merasa’ bahwa sebenarnya kita menipu orang lain. Kita menunjukkan kepada orang lain bahwa kita baik dan cantik, tetapi kita ‘merasa’ yang kita tunjukkan tersebut hanya di permukaan saja. Dalam diri kita, kita merasa tidak benar-benar cantik dan baik. Jadi kita pergi kemana-mana untuk mencari kosmetik perias diri kita. Kita mencari bedak, lipstick kalo perlu operasi, ini yang kita lakukan terhadap raga kita. Untuk jiwa, semangat dan pikiran, kita memperdalam filsafat. Untuk menambah pengetahuan kita belajar berbagai ilmu. Kita juga memperdalam agama, kita pergi ke Guru yang satu, kemudian ke yang lain. Demikianlah cara kita menghias diri dengan ‘keindahan dan kebaikan’. Demikian kita ingin dikenal orang. Demikianlah kita telah saling menipu, karena semua dia-pun melakukan hal yang sama.

Duduk di bawah pohon Bodhi Sang Buddha menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan dirinya juga kita. Beliau melihat bahwa kebaikan, keindahan dan keaslian ada dalam diri setiap orang. Namun jarang ada yang menyadarinya. Kebanyakan orang menganggap bahwa kebaikan, keindahan dan keaslian ada pada tempat lain, pada orang lain yang sangat khusus. Mereka tidak menyadari bahwa sedikit lebih dalam, pada diri sendiri sebenarnya ketiga hal ini berada. Karena selama ini kita tidak mampu mengjangkaunya, kita menjadi beranggapan kita tidak memilikinya, itulah sebabnya kita menjadi sendok yang tengah mencari garpunya, kita mencarinya seumur hidup. Sungguh aneh, setiap makhluk sebenarnya mempunyai sifat alami yang ‘Cerah’, namun tidak ada yang menyadarinya. Dan karenanya kita terseret arus, terhanyut dan tenggelam dari kehidupan ke kehidupan, dalam lautan besar samsara, dalam penderitaan.

Hanya apabila kita telah menyadari bahwa ada esensi, ada inti kebaikan, keindahan dan keaslian dalam diri kita, kita akan mampu mengakhiri pencarian. Kita akan berhenti merasa masih kekurangan. Juga berhenti untuk menipu orang lain. Kita tidak perlu lagi merias diri. Demikian juga kita tidak akan pernah merasa ditipu lagi, kita akan juga membantu orang lain menemukan kebaikan, keindahan dan keaslian-nya.

Bagaikan sebuah ombak di lautan, ia melihat dirinya rentan, jelek, yang lain jauh lebih kuat, besar dan indah dibanding dirinya. Ia terkena ‘penyakit berkekurangan’. Namun saat ombak ini menemukan jati dirinya, bahwa pada dasarnya ia adalah air, ia segera menyadari bahwa sebagai air, ia terbebas dari konsep cantik dan jelek, tinggi dan rendah, di sini dan di sana. Baik sebagai ombak besar maupun kecil, yang setengah ataupun sepertiga, semuanya adalah air. Begitu ia menyadarinya, ia juga mendapatkan harkat dan nilai dirinya, karena air adalah terbebas dari lahir dan mati. Sama seperti setiap ombak pada dasarnya adalah air, setiap manusia juga mempunyai dasar keindahan, kebaikan dan keaslian di dalam dirinya.

[Bell]

Suatu hari kita bertemu dengan seorang Guru yang sangat special, yang mengajarkan:
”Jangan lanjutkan mencari ke luar, karena dalam dirimu apa yang dicari telah tersedia.”
“Semua makhluk pada hakekatnya memiliki ‘kesejatian’ yang murni, jernih dan sudah lengkap dalam dirnya, dan itulah sumber keindahan, kebaikan dan keaslian internalnya.”

Saat kita memperhatikan setiap ia yang kita cintai, demikian yang kita katakan kepada diri sendiri: ”Dia memiliki dasar keindahan, kebaikan dan keaslian, sayang dia tidak menyadari dan tidak meyakininya.” Cinta yang sebenarnya segera bangkit dalam diri kita, dan komunikasipun terbuka: ”Mari kita hilangkan pandangan yang sempit. Mari kita kembali ke kekayaan abadi kita. Kita hentikan saling menipu ini.” Dan bersamanya kita menjadi “Associate Lover” bagi satu sama lain.

Bersama semua “Associate-Lover”, bersama kita saling mengingatkan untuk terus saling mencintai dan menjauhi penderitaan. Inilah esensi dari sangha.

Truth is always beautiful.
Kindness is always beautiful.
And beauty is always true, is always kind.

http://www.abuddhistlibrary.com/ mempunyai kompilasi yang cukup lengkap untuk ceramah dan artikel yang ditulis Thich Nhat Hanh.
..

No comments: