Tuesday, July 28, 2009

Mencintai bagai Sinar Mentari

'Like the Sun Shining' adalah sebuah tulisan oleh Tenzin Palmo .
Beliau terlahir dengan nama Diane Perry pada Juni 1943.
Beliau berikrar akan mencapai kesempurnaan dengan tubuh kasar wanita, walau membutuhkan berapa kali kehidupan sekalipun.....
Tulisan asli dalam Inggris silahkan ke: Jul 27: Like The Sun Shining, Tenzin Palmo.
Untuk audio reading : ( Listen To Reading! )

Like The Sun Shining
by Tenzin Palmo (Jul 27, 2009)

Terkadang banyak orang tidak dapat memahami, bagaimana Buddhisme di satu kesempatan berbicara tentang cinta kasih, namun pada nafas yang selanjutnya telah berbicara tentang ketidak-melekatan dan berbagai kualitas pelepasan (renunciation).
Namun itu terjadi karena kita telah mencampuradukkan antara cinta dengan ketergantungan. Kita menganggap telah mencintai, namun yang terjadi adalah keinginan untuk memiliki, harapan untuk menggantungkan segalanya kepadanya.
Jadi itu bukan cinta, melainkan mencintai-melekat pada diri sendiri.
Itu bukan sepenuhnya mencintai orang lain, mengharapkan yang terbaik dan kebahagiaan untuknya, melainkan menginginkan dia untuk berbuat yang terbaik untukku, dan membahagiakan diriku.
Penting untuk merenungkan hal ini dengan mendalam, karena kita telah menyalahartikannya.

Saat berusia 19 tahun, saya mengatakan kepada ibuku, "Saya akan ke India," dan dia berkata, "Oh ya, kapan kamu berangkat?" Ibu tidak pernah berkata, "Mengapa kamu meninggalkanku, ibumu yang tua dan kasihan ini, sekarang kamu sudah tiba pada usia yang dapat menghasilkan kehidupan, mengapa kamu pergi dan meninggalkan-ku?" Dia hanya berkata, "Oh ya, kapan berangkatnya?" Tentu bukan karena saya tidak dicintai, sebaliknya karena Ibu benar mencintaiku. Dan karena Ibu mencintaiku melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, dia menginginkan yang terbaik untukku, bukan apa yang akan baik untuknya. Semoga Anda bisa memahami hal ini. Kebahagiaannya adalah dengan membuatku berbahagia.

Itulah cinta, sesuatu yang kita semua perlu tumbuhkan dalam menjalin hubungan (hubungan apa-pun juga). Peganglah mereka dengan halus, bagaikan menopang dan membantu dan bukannya mencengkeram dan menguasai. Sehingga setiap saat bersama, kita mengapresiasi dan bergembira, namun saatnya harus pergi, kita dapat merelakan dan mendoakannya. berubah dan ketidak-kekalan adalah sifat alami segala sesuatu.

Saat merasa kehilangan sesuatu yang dicintai, sebenarnya adalah kemelekatan yang menjadi masalah, bukan kehilangan. Adalah kemelekatan yang mengakibatkan penderitaan. Itulah sebabnya Buddha mengajarkan bahwa bersama dengan kemelekatan muncul rasa takut dan kesedihan. Kita takut kehilangan, dan kita merasa sedih saat benar-benar hilang. Buddha tidak pernah mengatakan adalah cinta yang mengakibatkan kesedihan.

Cinta adalah membuka hati. Adalah bagaikan sinar mentari. Yang tidak pernah mendiskriminasi, menyinari yang ini tapi tidak yang itu. Ia terus bersinar karena memang demikianlah telah menjadi sifat alami matahari untuk memberikan kehangatan. Ada orang yang berusaha menghindar, mereka masuk ke dalam rumah, dan menutup pintu jendela; itu masalah mereka sendiri. Karena matahari tetap saja akan bersinar. Dan itulah kualitas kejiwaan yang perlu dikembangkan. Suatu kualitas untuk terus membuka diri, memancarkan kasih, selalu, apapun yang terjadi.
Saya akan mencintaimu bila kamu berbuat seperti ini, tetapi saya akan tidak akan lagi mencintaimu bila kamu berbuat seperti itu. Demikianlah kesalahan yang banyak dilakukan orang tua dalam menghadapi anak-anak yang tidak penurut.
--Tenzin Palmo--


*Kasih adalah bagaikan sinar mentari,
yang selalu menyinari semuanya tanpa membeda-bedakan
Kasih (Metta) adalah kualitas pertama dari keempat hati yang tidak terbatas..

Untuk banyak tulisan sejenis klik dari Every day is another Journey di e-text, e-sutra, e-read

.

4 comments:

Olive Tree said...

Hi, it's a very great blog.
I could tell how much efforts you've taken on it.
Keep doing!

Anonymous said...

Mencintai bagai sinar matahari
bersinar bagi orang baik maupun yang jahat....
tapi terkadang, ada juga orang yg lebih memilih berdiam di dalam rumah atau bersembunyi di bawah pohon, menjauhi kebesaran 'sinar matahari'......

Anonymous said...

"Hmm tulisannya bagus ... gW suka banget ... n lumayan buat dijadikan pembelajaran .... bahkan di saat ditanya sama temen aja langsung inget artikel ini... relakan saja dia pergi ... karena cinta itu kan melihat orang lain bahagia ya ^_^ ...
Wah thanks ya ^^

Kamsa Hamnida"


yellowinda

Anonymous said...

berkali2 membaca artikel ini, berkali2 pula tidak bisa berkata2.

malam ini sedikit berbeda....

meneteskan air mata, air mata bahagia tentunya^^

'saatnya harus pergi, kita dapat merelakan dan mendoakannya'

pernah terjadi sekali, dan ntah akankah terjadi lagi.
tapi pelajaran yang ditinggalkan tidak akan dilupakan.

memang benar kata Sang Buddha: 'tiada kesedihan dalam cinta'.


.:.belajar bertumbuh dalam beda, rela untuk ditinggalkan dan meninggalkan.:.


jalan telah dipilih dan harus diteruskan sampai akhir.


dari lubuk hati yang terdalam, mengucapkan beribu terimakasih.