Friday, June 19, 2009

Impartiality

http://en.wikipedia.org/wiki/Brahmavihara
http://www.flickr.com/photos/erinshappylittleworld/379475385/ - the best photo about Impartiality

2 hari yang lalu, seorang rekan merasa sangat terpukul. Ia baru menerima kabar, sebuah kabar tidak menyenangkan. Adik angkat kesayangannya, yang telah ia tuntun, ia bangkitkan kembali dari keterpurukan hidup, yang ia temani dan pastikan agar terbebas dari ketergantungan akan obat, yang kepadanya ia saling berbagi apapun yang dimiliki, ternyata kembali terjatuh pada lubang yang sama.

Siapa yang tidak pernah dikecewakan?
Siapa yang tidak pernah merasa dikhianati?

Dan sebenarnya siapa yang kita ratapi?
Meratapi kejatuhan dia ke lubang yang sama?
atau meratapi semua upaya-ku yang tersia-sia?

Bertahun-tahun yang lalu, saya memberikan sebagian sangat besar uang tabungan saya untuk seorang sahabat. Tanpa syarat apalagi perjanjian, demikian saja agar dia bisa memulai suatu usaha. Sebenarnya ada harapan di hati, karena ia memulai usaha yang tidak bertentangan dengan dharma, agar ia kelak dapat hidup layak dan berguna, dapat membantu 'saudara-saudara'nya yang demikian banyak. Dan ternyata usahanya gagal, besertanya hilang pula semua harapan atasnya.

Pernah juga saya menawarkan dukungan dan solusi jangka panjang untuk seorang yang saya anggap berbakat. Dengan enteng, itupun melalui sms, ia menjawab, "I give up!!"

Semakin besar harapan yang diberikan, akan semakin kecewa bila tidak terwujud.
Semakin intens dan mendalam keterlibatan terjalin, semakin menyakitkan pula saat keterlibatan berakhir.
dan inilah saat yang tepat untuk merenungkan apa yang dituliskan Khalil Gibran dalam 'Sang Nabi' tentang memberi, tentang anak, tentang cinta, ....
http://www.katsandogz.com/ongiving.html
http://www.katsandogz.com/onchildren.html
http://www.katsandogz.com/onchildren.html
paling baik sekalian baca secara lengkap tentang 'Sang Nabi'.

Saya katakan kepada Rekan-ku: "Yang penting kan kamu sudah berusaha melakukan yang terbaik. Apa yang perlu disampaikan sudah disampaikan, apa yang bisa dilakukan sudah dilakukan.
Bila hasil tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan, hanya ada dua hal:
Satu, pasrah, karena masih ada faktor di luar kemampuan kita.
Dua, renungkan apakah yang kita sampaikan dan lakukan, yang kita anggap terbaik, apakah adalah benar yang terbaik. Apakah yang sesuai dalam pikiran-pemahaman kita adalah sesuai dalam benak dia?"

...........

Saya pernah mengecewakan orang yang sangat menyanyangi diriku. Mungkin Anda pun pernah.
Saya pernah terluka oleh orang yang saya kasihi. Pasti Anda pun pernah.
Kapal berlayar dan terus berlayar karena pelabuhan tambatan tujuan tak kunjung kosong untuk bisa bersandar.
Sementara ada pula dermaga yang tidak jua menemukan kapal yang ditunggu-tunggu.
Memang demikianlah yang terjadi dalam hidup manusia.
Hari ini mengecewakan, besok dikecewakan.
Sesaat disakiti, di lain saat menyakiti.

Saat kecewa, obat terbaiknya adalah dengan mengingat kembali berapa kali saya telah mengecewakan ia yang lain.
Apa yang salah saya lakukan sehingga menghadapi kenyataan tidak menyenangkan ini???
Rasa sakit adalah peringatan agar tidak melakukan hal yang sama kepada yang lain.
Rasa sakit adalah rambu peringatan agar segera menata ulang dan menyesuaikan hidup.


Maka, sudah saatnya kita belajar dari kebesaran alam semesta, yang memberi tanpa terpengaruh memikirkan hasilnya, tanpa membedakan siapapun yang menerima.
Hanya bila kita memahami Impartiality, sampai sepenuhnya terlatih Dalam Metta, Karuna, Mudita dan Upekha, barulah kekecewaan, sakit dan penderitaan akan berakhir


Ia yang memberi tanpa pamrih, tanpa memikirkan hasil pemberiannya, Ia tidak akan pernah merasa kecewa.
Ia yang dapat memahami kesulitan, ketidak berdayaan, kebuntuan, kebodohan dan kesalahan yang menimpa orang lain tidak akan pernah merasa dikhianati.

Tidak ada yang perlu diratapi.
Kejatuhannya, akan membuat dia belajar sekali lagi; Terus jatuh sampai ia mengerti.
Upayaku, tidak akan pernah sia-sia; Karena ia telah menjadi semakin tebal, karena saya juga telah belajar sesuatu.

****



"Your father in heaven makes his sun rise on the evil and on the good,
and sends rain on the righteous and on the unrighteous."
(Matt. 5:45)

"That great cloud rains down on all whether their nature is superior or inferior.
The light of the sun and the moon illuminates the whole world, both him who does well and him who does ill,
both him who stands high and him who stands low."
(Sadharmapundarika Sutra 5)

In the "Li Ki," Confucius is recorded as saying:
"Heaven covers all without partiality;
earth sustains and embraces all without partiality;
the sun and the moon shine upon all without partiality."
("The Ethics of Confucius", Chapter VII, Universal Relations By Miles Menander Dawson )[1915]

Who understands does not preach;
Who preaches does not understand.
Reserve your judgments and words;
Smooth differences and forgive disagreements;
Dull your wit and simplify your purpose;
Accept the world.
Then, Friendship and enmity, Profit and loss, Honour and disgrace, Will not affect you;
The world will accept you.
(Ch56. Impartiality - Tao Te Ching)
Bhikkhu Bodhi :
“The real meaning of upekkha is equanimity, not indifference in the sense of unconcern for others.
As a spiritual virtue, upekkha means equanimity in the face of the fluctuations of worldly fortune.
It is evenness of mind, unshakeable freedom of mind, a state of inner equipoise that cannot be upset by gain and loss, honor and dishonor, praise and blame, pleasure and pain.
Upekkha is freedom from all points of self-reference;
it is indifference only to the demands of the ego-self with its craving for pleasure and position,
not to the well-being of one's fellow human beings.
True equanimity is the pinnacle of the four social attitudes that the Buddhist texts call the 'divine abodes': boundless loving-kindness, compassion, altruistic joy, and equanimity.
The last does not override and negate the preceding three, but perfects and consummates them.”

***

4 comments:

Anonymous said...

First Word : SETUJU !!!!!

Manusia tidak akan terbebani jika melakukan sesuatu terutama menolong dan membimbing tanpa rasa sayang ataupun rasa kasihan.

Saya telah mencobanya dan berhasil dengan tidak terbebani 80%, dan 20% gagal. Karena walaupun kita tidak ambil pusing dengan hasilnya dan sama sekali tidak mengharapkan imbalan, tapi setidaknya kita membantunya karena kita berpikir dia adalah manusia yang berkualitas yang harusnya lebih menghargai dirinya sendiri.
dan ketika memikirkan hal ini, lagi-lagi terlibat perasaan.

Tapi yang pasti, hal konyol yang sama telah saya perbuat kepada orang lain yang juga menaruh harapan besar terhadap saya dalam berbagai hal.

Maka saya akan katakan kepada diri saya sendiri, apalah artinya kalo cuma hal seperti ini?
bukankah hati manusia luasnya tidak terbatas? yang membatasinya adalah manusia dengan pikiran yang tidak terbuka.

Maka saya akan katakan kepada diri saya sendiri, untuk membayar kekecewaan dan kebaikan orang lain terhadap saya yang mungkin telah saya lupakan atau bahkan tidak saya sadari, saya akan memperluas space hati saya lagi untuk mengisi jiwa-jiwa yang membutuhkan kelebihan saya.

Maka saya akan katakan kepada diri saya sendiri, saya hanyalah orang kecil yang tidak ada artinya dibandingkan dengan orang besar lainnya. Tapi tetap saja ada orang yang akan membutuhkan saya. Karena belajar dari orang yang telah pernah menyebarkan benih kebaikan untuk saya, saya telah berhasil menyebarkan benih itu kepada orang lain.

Sekali saya katakan kepada diri saya sendiri...ini tidak ada apa-apanya...kalaupun satu benih kebaikan gugur, saya masih punya banyak stock di gudang...

TCH said...

Dear Jamur liar yang paling bergizi,

Tidak pernah saya meragukan kapasitas diri-mu.

Jadi sekarang saya tahu, saat Anda menginformasikan kejadian tersebut kepadaku,
Anda ingin mengatakan, kita semua manusia biasa....
Yang mengarungi lautan kehidupan,
Yang walau telah tegar terkadang di-kecewa-kan dan juga men-ngecewa-kan.
Yang walau telah terlatih tetap merasakan sakit dan tak sengaja menyakiti.

Yang bisa tidak biasa hanyalah pilihan tanggapan dan reaksi kita...
Dan memang 'ANDA TIDAK BIASA'

**

Anonymous said...

Aku belajar-berusaha menjadi lebih baik saat harapan orang atas diri saya melambung tinggi...
Demikian pula pada saat ekspetasiku tinggi terhadap dia yang aku andalkan.....
Suatu saat aku berhasil, dan makin tinggi daguku....
Jika Dia berhasil, makin besar harapan n kagumku kepadanya....
Tapi aku pun pernah jatuh & gagal, ataupun pas2an saja...semua mata memandang sedih. Terlebih lg rasa kekecewaan diri yg membuatku tambah terpuruk....
Dia pun pernah gagal...semua rasa kecewa n kekesalanku dilimpahkan bgt saja...
Hal ini membuatku sadar...do the best but expect nothing in return.

TCH said...

Impartiality adalah suatu kualitas hati dimana tidak ada yang bisa mengganggu hati kita apapun yang terjadi..
tidak memihak..
tidak senang saat mendapat,..
tidak kecewa saat kehilangan..
saat dipuji tidak besar kepala,..
saat diabaikan tidak kecil hati...
Memberi kepada yang lain tanpa membedakan..
yang miskin ditolong, yang kaya dibantu,..
yang ber-terimakasih tidak mendapat perhatian khusus, yang tidak berterimakasih tak kan diabaikan.
(bila pemberian) dimanfaatkan oleh mereka tidak menjadi berbangga diri, dibuang demikian saja saat diberikan juga tidak akan menyesali..
iTu kualitas alam semesta..
kualitas langit dan bumi.
kualitas seorang Sommaratana..
kualitas dia yang telah mencapai summa (puncak) ratana (keberhargaaan-nya)
sebuah mentalitas berkelimpahan yang tak terkalahkan..
sehingga kemanapun dia pergi dunia akan menerimanya...