Friday, June 19, 2009

Jesus dan Buddha bersaudara


Thich Nhat Hanh, adalah suatu kombinasi yang langka dari seorang mistis, ilmuwan dan aktivis, beliau adalah seorang bhiksu Vietnam dan adalah salah satu Guru Buddhis yang paling dicintai, yang masih hidup pada saat ini. Penyair, Guru Zen dan Pemimpin delegasi Buddhis Vietnam untuk perdamaian semasa perang Vietnam, Beliau dinominasikan oleh Dr.Martin Luther King, Jr untuk Nobel perdamaian. Ia menulis sangat banyak buku dan pada saat ini tinggal di Prancis.

Jesus and Buddha sebagai Saudara

"Siapapun mereka yang menjalankan cintakasih dan kebaikan sudah mendekati pimpinan besar dari semua ‘iman’."

From "Going Home: Jesus and Buddha as Brothers" by Thich Nhat Hanh, Riverhead Books, an imprint of Penguin Putnam, Inc., 1999.

Dialog antara Buddhis dan Kristianiti tidak mengalami cukup kemajuan, dalam pendapat saya, ini adalah karena kita masih belum mampu menyiapkan fondasi yang cukup kuat untuk dialog seperti ini. Berikut adalah refleksi situasi saat ini.

Buddhis percaya kepada reinkarnasi, bahwa manusia menjalani berbagai kali kehidupan. Dalam Buddhis, kita tidak banyak menggunakan kata inkarnasi, kita menggunakan kata kelahiran kembali. Sesudah kematian, anda dapat dilahirkan kembali dan mempunyai kehidupan yang lain.
Dalam Kristianiti, hidup adalah unik, adalah satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan keselamatan. Jika merusaknya, maka tidak akan lagi memperoleh keselamatan. Hanya mempunyai ada satu kehidupan.

Buddhisme mengajarkan anatta, tidak ada inti-diri.
Kriatianiti jelas-jelas menjelaskan bahwa seorang Kristian adalah personalis. Bukan hanya anda adalah seorang individu, adalah orang, tetapi Tuhan juga adalah individu.

Buddhis mengajarkan kesunyataan dan tidak ber-substansi, adalah ajaran tentang ketidak-adaan.
Kristianiti berbicara tentang ke-‘ada’-an, tentang eksistensi. Ajaran St.Thomas Aquinas tentang filosofi ke-‘ada’-an, la philisophie de le’tre, konfirmasi tentang ke’berada’an dunia.

Buddhisme berbicara tentang welas dan cinta kasih (compassion and loving-kindness), Yang oleh beberapa Kristiani dianggap berbeda dengan kebaikan dan cinta (charity and love) dalam Kristianiti. Kebaikan mempunyai dua aspek: cinta yang diarahkan kepada Tuhan dan cinta kepada sesama. Kita harus belajar untuk mencintai musuh-musuh kita. Rekan Kristen kita cenderung untuk mengingatkan bahwa motivasi untuk mencintai adalah berbeda dalam Kristen dan Buddhis. Ada ahli agama Kristen yang menyatakan bahwa seorang Buddhis menjalankan welas kasihnya adalah karena menghendaki ‘pembebasan-diri’; bahwa Buddhis tidak benar-benar memperdulikan penderitaan sesama, bahwa mereka hanya termotivasi oleh keinginan untuk ‘pembebasan’ diri sendiri. Dalam Kristianiti, cinta berdasarkan kepada Tuhan. Karena cinta kepada Tuhan, dan karena Tuhan menyatakan untuk mencintai sesama dan tetangga, maka kita mencintai tetangga kita. Cintamu kepada tetangga bersemi dari cinta kepada Tuhan.

Banyak orang, terutama dalam lingkungan Kristen yang mengatakan bahwa banyak hal yang sama antara Kristianiti dan Buddhisme. Tetapi banyak yang lain merasa bahwa fondasi filosofi keduanya cukup berbeda.
Buddhisme mengajarkan tentang kelahiran kembali, banyak kehidupan. Kristianiti mengajarkan hanya satu kehidupan yang tersedia untukmu.
Buddhisme mengajarkan tidak ada diri yang sejati, tetapi Kristianiti mengajarkan ada.
Buddhisme mengajarkan tentang kehampaan, tidak bersubstansi, sementara Kristianiti meyakini eksistensi.

Jika secara filosofi, sedemikian berbeda, pada praktiknya welaskasih dalam Buddhisme dan kebaikan dalam Kristianiti-pun berbeda. Tetapi itu semuanya hanyalah cara pandang yang sangat dangkal. Jika kita punya waktu (Ptjmh: untuk terus belajar) dan jika kita telah menjalankan tradisi kita dengan baik dan cukup mendalam, kita akan menyadari bahwa semua issue ini pada dasarnya tidak riil.

Pertama-tama, ada banyak bentuk Buddhisme, ada banyak cara untuk memahami Buddhisme. Jika ada seratus orang menjalankan Buddhisme, aka ada seratus bentuk Buddhisme. Hal yang sama ditemui dalam Kristianiti. Jika ada seratus ribu orang menjalankan Kristianiti, akan ada seratus ribu cara untuk memahami Kristianiti.

Di Plum Village, Dimana banyak orang dari latar belakang keagamaan yang berbeda datang untuk berlatih bersama, tidaklah sulit untuk terjadi bahwa seorang Buddhis menyadari seorang rekan Kristen-nya ternyata lebih ‘Buddhis’ dari rekan-rekan Buddhis lainnya. Saya mengenalnya sebagai Buddhis, tetapi cara-nya memahamui Buddhisme berbeda dari cara saya memahaminya. Sebaliknya saat saya melihat seorang Kristen, saya melihat bahwa cara dia memahami Kristianiti dan bagaimana dia menjalankan kebaikan dan cintanya malah lebih mirip dengan pendekatan saya daripada mereka-mereka yang menyebutkan dirinya sebagai Buddhis. Hal yang sama terjadi dalam Kristianiti. Dari waktu ke waktu, anda mungkin merasa sedemikian ‘jauh’ dari saudara-saudara Kristen-mu yang lain. Anda merasa saudaramu yang menjalankan Buddhisme justru lebih dekat padamu sebagai Kristen. Jadi Buddhisme bukanlah Budhisme dan Kristianiti buklanlah Kristianiti. Ada banyak bentuk Buddhisme dan banyak cara untuk memahami Buddhisme. Demikian juga banyak cara untuk memahami Kristianiti. Jadi , lupakanlah ide bahwa Kristianiti harusnya seperti ini, dan Buddhisme hanya boleh seperti itu.

Kita tentu saja tidak mengatakan bahwa Buddhisme adalah sejenis Kristianiti dan Kristianiti adalah sejenis Buddhisme. Mangga tidak dapat menjadi orange. Saya tidak dapat menerima bahwa mangga adalah orange. Itu adalah dua hal yang berbeda. Tetapi saat kita melihat dengan mendalam ke mangga dan orange, akan terlihat bahwa walau keduanya berbeda, keduanya adalah buah. Jika anda analisa mangga dan orange dengan mendalam, akan didapati elemen kecil yang hadir dalam keduanya, seperti misalnya sinar matahari, awan, gula dan asam. Jika dapat menggunakan lebih banyak waktu untuk mempelajarinya lebih mendalam, anda akan mendapati bahwa perbedaan antar keduanya terletak pada sudut dan dalam pendekatan. Pada awalnya anda melihat perbedaan antara orange dan mangga. Tetapi jika dilihat lebih mendalam, akan ditemui banyak hal yang sama. Dalam orange dapat ditemui rasa manis dan asam yang juga ditemui dalam mangga. Tetapi dua orange-pun bisa mempunyai rasa berbeda; satu-nya sangat masam satunya lagi sangat manis.

2 comments:

Anonymous said...

Artikel yg bener2 membuka horizon kita.
Secara pribadi pun setuju pada dasarnya semuanya adalah sama, intisari sama. Perumpamaan mangga n orange sangat menarik, krn orange yg 1 dengan orange yg lain pun bisa berbeda rasa walau tumbuh dr pohon yg sama.
Smg kita bisa memahami n menghargai stp perbedaan, mengerti bhw perbedaan ini sbenarnya adalah dinding bagi kesombongan-puas diri dalam akar hati manusia.
Smg semua makhluk hidup berbahagia...
Salam...

TCH said...

Mengapresiasi perbedaan sebagai kekayaan.
(maka akan dapat) Mengoptimalkan variasi menjadi kombinasi kekuatan.

Mengenali bahwa pilihan yang berbeda adalah karena disesuaikan dengan kondisi dan latar belakang.
(maka akan dapat) Menikmati hidup dalam segala naik dan turunnya kehidupan.

Trims ya,...
Benar ya, menghargai perbedaan akan membantu membentengi diri kita agar tidak tergenangi kesombongan akan pencapaian, dan kemelekatan pada pendapat diri sendiri...